5 Konflik Paling Besar Dalam Sejarah, Dari Genosida Sampai Perang Saudara

- Senin, 23 Juni 2025 | 14:45 WIB
5 Konflik Paling Besar Dalam Sejarah, Dari Genosida Sampai Perang Saudara

3. Perang Suriah


Perang saudara di Suriah telah berlangsung selama puluhan tahun. Kabar terbaru pada akhir 2024 lalu, ketegangan mencuat dengan serangan kelompok pemberontak di Kota Aleppo. 


Kekerasan ini memperburuk situasi di Timur Tengah karena konflik di Gaza belum juga selesai. Melansir Reuters, kelompok pemberontak telah berhasil merebut Aleppo. 


Sementara itu, kelompok oposisi di bawah payung Hayat Tahrir al-Sham melancarkan serangan di wilayah – wilayah di sekitarnya.


4. Invasi Irak ke Kuwait


Invasi Irak terhadap Kuwait dimulai pada 2 Agustus 1990 dan berlangsung selama hampir tujuh bulan. 


Saat itu Presiden Saddam Hussein menggunakan strategi bumi hangus dan meratakan infrastruktur kunci milik Kuwait, termasuk istana kerajaan.


Kedua negara bersekutu dalam perang melawan Iran pada 1980an. Kedekatan itu memudar seiring percekcokan seputar utang senilai USD 13 miliar yang dipinjam Irak dari Kuwait untuk membiayai perang. 


Sebab itu resolusi DK PBB yang membebaskan Irak dari dosa masa lalu dianggap sebagai "pencapaian historis,” oleh Duta Besar Kuwait di Baghdad, Mansour al-Otaibi.


"Kami sangat sadar bahwa tujuan dana kompensasi ini bukan untuk menghukum si agresor, melainkan memastikan pertanggungjawaban, serta memulihkan kepercayaan individu atau lembaga negara yang menjadi korban,” kata dia.


5. Perang Saudara di Yaman


Yaman dilanda perang saudara sejak 2014 hingga kini. Muasalnya, kelompok Houthi yang memiliki hubungan erat dengan Iran mengambil alih ibu kota Sanaa. 


Pendudukan ini memperburuk hubungan Houthi dengan pemerintah Yaman yang sah. 


Sementara itu,  Houthi di Yaman menyatakan siap menyerang kapal-kapal milik Amerika Serikat di Laut Merah jika Washington memulai aksi militer terhadap Iran.


Pernyataan ini disampaikan pada Sabtu, 21 Juni 2025, oleh juru bicara militer Houthi, Yahya Sarea, melalui stasiun televisi al-Masirah yang dikelola kelompok tersebut. 


"Jika Amerika terlibat dalam agresi terhadap Iran, pasukan bersenjata kami akan menargetkan kapal dan kapal perang AS di Laut Merah," ujar Sarea dalam siaran resminya.


Sumber: Suara

Halaman:

Komentar