Solusi dan Usulan Restrukturisasi untuk Whoosh
Untuk menyelamatkan negara dari beban jangka panjang, Amin mengusulkan beberapa langkah strategis:
- Restrukturisasi Utang: Melakukan negosiasi ulang terhadap utang yang ada.
- Monetisasi Aset dan Efisiensi Operasional: Mengoptimalkan pendapatan non-tiket melalui skema rail property ala Hong Kong.
- Integrasi Layanan Transportasi: Memperkuat konektivitas Whoosh dengan moda transportasi lain.
Opsi Skema Kerjasama Tambahan
Dua opsi skema kerjasama juga diajukan untuk meningkatkan kinerja dan mengurangi beban negara:
- Skema Joint Operation (JO): Kerjasama operasi antara PT KAI/KCIC dan operator China dengan pembagian pendapatan yang proporsional dan wajib transfer teknologi.
- Skema Build-Operate-Transfer (BOT): Dengan masa konsesi 50 tahun berbentuk ground lease, bukan jual aset. Evaluasi dilakukan setiap 10 tahun dengan hak buy-back untuk Indonesia.
Pengelolaan Kawasan TOD yang Transparan
Pengelolaan kawasan Transit Oriented Development (TOD) di sekitar stasiun Whoosh harus dilakukan dengan transparan. Amin menekankan pentingnya:
- Pembentukan badan pengelola bersama.
- Alokasi minimal 20% area untuk fasilitas publik dan perumahan terjangkau.
- Mekanisme revenue sharing dan audit independen.
- Memastikan value capture atau kenaikan nilai lahan kembali kepada publik.
"TOD harus inklusif, bukan semata komersial. Harus ada pengawasan ketat agar proyek Whoosh tetap berdaulat, efisien, dan memberi manfaat ekonomi yang luas bagi rakyat Indonesia," pungkas Amin Ak.
Artikel Terkait
Banjir Jakarta 2025: Penyebab & Kritik untuk Pramono Anung
Dukung Bareskrim! IPW Soroti Kerugian Negara Rp 1,08 Triliun dari Tambang Emas Ilegal di Lombok
Strategi Partai Perindo Dongkrak 130 Juta Warga Naik Kelas Ekonomi
Hary Tanoe: Partai Perindo Akan Jadi Partai Besar, Ini Kuncinya!