Terbongkar! Data Gelar Akademik Paiman Raharjo Berbeda dengan Kemendikbud, Banyak Kejanggalan Terungkap

- Sabtu, 12 Juli 2025 | 08:40 WIB
Terbongkar! Data Gelar Akademik Paiman Raharjo Berbeda dengan Kemendikbud, Banyak Kejanggalan Terungkap


PARADAPOS.COM -
Mantan Wakil Menteri Desa, Paiman Raharjo, kembali menjadi sorotan publik setelah munculnya sejumlah kejanggalan terkait riwayat pendidikannya yang berbeda-beda antara data resmi Kementerian Pendidikan, pernyataannya sendiri, dan pengakuan dari pihak kampus tempat ia menempuh studi.

Paiman selama ini dikenal sebagai salah satu pejabat publik yang menyandang gelar Profesor.

Dalam berbagai kesempatan, ia menyebut dirinya sebagai peraih gelar guru besar tercepat di Indonesia, yakni hanya dalam waktu dua bulan satu minggu sejak pengajuan.

Klaim ini memicu pertanyaan banyak pihak, termasuk dari kalangan akademisi sendiri.

“Saya hanya butuh dua bulan lebih satu minggu untuk mendapat gelar guru besar. Itu waktu yang sangat cepat,” ujar Paiman dalam sebuah pernyataan.

Namun, pernyataan ini justru menimbulkan tanda tanya dari akademisi lain, salah satunya Profesor Thomas Suyatno, Ketua Yayasan Universitas Prof. Dr. Soetopo, tempat Paiman sempat menjadi rektor.

Thomas mengaku heran karena dirinya sendiri membutuhkan waktu lima tahun untuk mendapatkan gelar serupa.

Berdasarkan penelusuran dari sejumlah sumber termasuk laman pangkalan data Kemendikbud (dikti) serta keterangan yang tersebar di media sosial dan video-video milik pendukungnya, ditemukan sejumlah ketidaksesuaian mendasar, seperti:

1. Sumber Data Kemendikbud:

  • S1 dan S2 diselesaikan di Universitas Prof. Dr. Soetopo
  • S3 di Universitas Padjadjaran

Namun, laman ini tidak lagi bisa diakses sejak beberapa hari lalu, dan data yang sempat discreenshot oleh tim media menunjukkan perbedaan dengan klaim dari pihak kampus lainnya.

2. Pernyataan Ketua Yayasan Universitas Moestopo:

  • Paiman hanya menyelesaikan S1 di Universitas Moestopo
  • S2 dan S3 diambil di Universitas Padjadjaran (UNPAD)

3. Channel Pendukung Paiman (Sedulur Jokowi):

  • S1 Administrasi Negara selesai pada tahun 1994
  • S1 Ilmu Ekonomi pada 1997
  • S2 Magister Manajemen pada 1999
  • S2 Magister Administrasi pada 2003
  • S3 Ilmu Administrasi pada 2012 di UNPAD

Jika dibandingkan, data versi channel pendukungnya menunjukkan dua gelar S1 dan dua gelar S2, sementara data Kemendikbud hanya mencatat satu gelar S1 dan satu gelar S2.

Riwayat pendidikan Paiman Raharjo juga berubah-ubah setiap tahun di laman Wikipedia, termasuk data pekerjaan masa lalu yang pernah menyebutkan bahwa ia sempat menjadi satpam di Yayasan Gembala Baik, yang kini telah dihapus dari entri tersebut.

Dalam histori suntingan Wikipedia (terpantau melalui aplikasi WBAK Masin), data pernah diubah beberapa kali pada Januari dan Februari 2025.

Pada versi Februari, tertulis bahwa Paiman menyelesaikan S2 dan S3 di UNPAD dan Universitas Indonesia, namun kemudian data tersebut diubah kembali dan Universitas Indonesia dihapus.

Paiman mulai dikenal secara nasional ketika mendirikan Relawan Sedulur Jokowi menjelang Pilgub DKI Jakarta 2012.

Setahun kemudian, ia mendapat posisi sebagai Komisaris PT Food Station Tjipinang.

Setelah Jokowi menjadi Presiden, Paiman diangkat sebagai komisaris di BUMN PGN (Perusahaan Gas Negara).

Pada tahun 2016, Paiman mengajukan gelar profesor dan mengklaim hanya butuh dua bulan untuk disetujui oleh Menteri Pendidikan kala itu.

Proses yang sangat cepat ini, ditambah dengan riwayat pendidikan yang tidak konsisten, memicu dugaan adanya fasilitasi politis dalam percepatan karier akademiknya.

Kekacauan data yang menyangkut riwayat akademik dan jabatan fungsional Paiman Raharjo menimbulkan kekhawatiran tentang integritas pejabat publik dan sistem pendidikan tinggi di Indonesia.

“Bagaimana mungkin seorang pejabat tinggi memiliki riwayat pendidikan yang berubah-ubah tiap tahun?” tulis seorang warganet dalam kolom komentar.

Hal ini juga memperberat beban mantan Presiden Joko Widodo, yang dalam beberapa waktu terakhir dihantam oleh berbagai isu kontroversial terkait pejabat-pejabat yang berasal dari lingkaran relawan pendukungnya.

Hingga kini, belum ada klarifikasi resmi dari Paiman Raharjo terkait perbedaan data tersebut.

Masyarakat tentunya menanti kejelasan mengenai kredibilitas dan keabsahan gelar akademik pejabat negara.

Pertanyaannya sederhana, di mana sebenarnya Paiman menyelesaikan S2 dan S3-nya?

Dan bagaimana ia bisa mendapatkan gelar profesor dalam waktu hanya dua bulan?

Sumber: porosjakarta

Komentar