PARADAPOS.COM - Center for Strategic and International Studies (CSIS) menyoroti ketahan ekonomi Indonesia di tengah situasi global yang penuh tantangan saat ini.
Dalam konferensi pers bertajuk "Setengah Tahun Pemerintahan Prabowo" yang digelar pada Rabu (7/5/2025), CSIS menyoroti melemahnya daya tahan ekonomi Indonesia dalam menghadapi dampak perlambatan ekonomi global, sebuah kondisi yang kontras dengan citra "Komodo Ekonomi" yang pernah disandang Indonesia.
Direktur Eksekutif CSIS, Yose Rizal Damuri, mengungkapkan kekhawatiran mendalam terhadap pergerakan kurs rupiah yang terus melemah terhadap dolar AS, di tengah kondisi indeks dolar yang seharusnya tertekan akibat kebijakan perang dagang Presiden AS Donald Trump.
"Dulu-dulu ketika terjadi shock di tingkatan dunia, perekonomian Indonesia sering disebut cukup resilient. Bahkan The Economist tahun 2011 atau 2012 menyebut Indonesia itu sebagai The Komodo Economy," ungkap Yose.
"Tetapi apakah sekarang ini kita masih akan bisa menjadi komodo ekonomi? Mudah-mudahan tidak menjadi cicak ekonomi," tegasnya, menggunakan analogi yang mencolok untuk menggambarkan penurunan daya tahan ekonomi.
Yose menyoroti bahwa sejak pengumuman tarif resiprokal oleh Trump, rupiah terus terpuruk, menembus level atas Rp 16.800 dan bahkan menyentuh Rp 16.900 per 9 April 2025.
Padahal, indeks dolar justru menunjukkan tren penurunan ke level bawah 99.
"Ini sebenarnya cukup mengkhawatirkan karena kita akan menjadi negara mata uang kita akan melemah sendiri dibandingkan dengan seluruh mata uang lainnya," jelas Yose.
Selain pelemahan rupiah, aliran modal asing (capital outflow) juga menjadi perhatian serius.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) hingga 30 April 2025, tercatat jual neto non-residen sebesar Rp 49,56 triliun di pasar saham dan Rp 12,05 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Meskipun terdapat beli neto sebesar Rp 23,01 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), angka outflow yang signifikan di pasar saham dan SRBI mengindikasikan berkurangnya kepercayaan investor asing terhadap pasar keuangan domestik.
Yose berpendapat bahwa melemahnya ketahanan ekonomi domestik ini dipicu oleh permasalahan struktural yang dulunya dianggap sebagai tameng saat krisis.
Dua isu utama yang disorot adalah transparansi fiskal yang mulai terkikis dan independensi kebijakan moneter yang dipertanyakan.
"Kita bisa lihat bagaimana fiskal kita mulai sedikit demi sedikit digerogoti, kemudian dari sisi monetary, bahkan independensi dari bank sentral sudah mulai dipertanyakan di situ. Dan ini tentunya akan membuat kepercayaan kepada perekonomian Indonesia juga akan semakin berkurang," tegas Yose.
Lebih lanjut, Yose juga menyoroti permasalahan klasik yang masih menghantui perekonomian Indonesia, yakni sektor riil atau iklim bisnis yang masih tersandung inefisiensi, serta tekanan pada ketenagakerjaan dan daya beli masyarakat.
Kombinasi faktor-faktor ini diperkirakan akan semakin menekan pertumbuhan ekonomi ke depan.
Yose memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi yang mencapai 4,87 persen pada kuartal I-2025 bisa menjadi awal dari tren penurunan, mengakhiri dekade stagnasi pertumbuhan di kisaran 5 persen.
"Kita tidak lagi bisa mengandalkan pasar ekspor kita. Pasar ekspor yang akan semakin mengecil dan juga tentunya ini berimbas juga kepada government revenue, kepada pendapatan pemerintah," pungkas Yose.
Pernyataan CSIS ini menjadi peringatan keras bagi pemerintah Prabowo Subianto untuk segera mengambil langkah-langkah strategis dalam menjaga stabilitas ekonomi dan memulihkan kepercayaan investor.
Tantangan yang dihadapi tidaklah mudah, mengingat kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
Namun, langkah-langkah yang tepat dan terukur sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa Indonesia tidak terjerumus menjadi "cicak ekonomi" yang rentan terhadap guncangan eksternal.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Viral, Driver Ojol di Medan Terkejut Antar Paket Isi Mayat Bayi
Viral Bea Cukai Vs Polisi Rebutan Tangkap Mobil Box Pembawa Rokok Ilegal, Netizen: Mereka Berlomba Berbuat Baik
Menaker Siap Hapus Batasan Usia Kerja: Kami Tidak Ingin Ada Diskriminasi!
Detik-detik Ribuan Napi Kuasai Lapas di Sumsel, Sempat Sandera Ustadz Abdul Somad