Saat menjadi Danjen Kopassus (1996-1998), Prabowo memilih Rui Fernando Palmeiras Duarte (Akmil 1993) sebagai ajudannya, yang saat itu masih perwira pertama Grup 5 Antiteror (Detasemen 81) Kopassus.
Mirip kedekatan Prabowo dan TIW sekarang, Prabowo juga sangat dekat Rui. Sudah menjadi pengetahuan umum, Rui memang anak asuh Prabowo, yang dibawa Prabowo dari Timor Leste sejak masih belia, jauh sebelum Rui masuk Akmil.
Bila Prabowo melesat sebagai KSAD atau Pangab saat itu, tentu Rui akan terbawa terus. Sayang terjadi turbulensi politik 1998, yang mengubah segala skenario.
Prabowo setengah dipaksa untuk mundur dari TNI (ABRI), dan tentu saja berdampak langsung pada karier Rui selanjutnya. Karier Rui sempat suram, ketika Prabowo “pensiun dini” dari TNI.
Pada sekitar tahun 2004-2008, pada masa-masa yang paling suram, Rui (dengan pangkat kapten atau mayor), sempat menjadi perwira bidang penerangan Kopassus, sebuah jabatan terbilang semenjana bagi perwira sekelas Rui. Bila dihubungkan dengan kompetensi Rui sebagai mantan perwira Detasemen 81 (Satgultor 81), artinya kualifikasi Rui adalah yang paling tinggi di Kopassus.
Namun perginya Prabowo ternyata merupakan berkah tersendiri (blessing in disguise) bagi Rui. Rui jadi memiliki waktu mengikuti pendidikan Seskoad dan Sesko TNI, bahkan masih ditambah pendidikan lanjutan di luar negeri.
Latar belakang pendidikan Seskoad dan Sesko TNI sangat signifikan bagi perwira TNI (khususnya Angkatan Darat), sebab tanpa pendidikan (setidaknya) Seskoad, karier perwira AD tersebut akan gelap.
Jadi ketika Prabowo menjadi Menhan, dan Rui ditarik kembali dalam lingkaran Prabowo, Rui sudah memiliki modal pendidikan yang memadai, sesuatu yang tidak (atau belum) dimiliki TIW. Sebagaimana kita tahu, kini Rui sudah masuk eselon satu di Kemenhan, sebagai Inspektur Jenderal Kemenhan dengan pangkat Letnan Jenderal. Tanpa pendidikan Seskoad dan Sesko TNI, saya tidak yakin Rui akan mencapai level seperti sekarang.
Benny Tidak Bisa Ditiru
Dalam pola karier perwira TNI, terutama bagi matra darat, posisi Seskoad sangat menentukan. Seskoad merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kompetensi seorang perwira. Itu sebabnya dalam tradisi di militer Indonesia, bagi perwira yang tidak pernah mengikuti Seskoad, umumnya pensiun dengan pangkat kolonel.
eorang perwira lulusan Seskoad saja, belum ada jaminan bakal masuk strata pati, terlebih bagi yang belum pernah mengikuti Seskoad.
Benar, Seskoad memang sekolah untuk “calon jenderal”. Lebih sempurna lagi bila kemudian dilanjutkan dengan mengikuti Sesko TNI. Letkol Teddy termasuk pamen yang belum pernah mengikuti Seskoad, kendati kariernya terkesan lancar. Oleh karenanya penempatan TIW sebagai Sekretaris Kabinet, terbilang janggal, sebagaimana kebiasaan sebelumnya, nomenklatur Sekretaris Kabinet adalah untuk brigjen.
Presiden Prabowo selaku patron, sebaiknya memberi kesempatan pada TIW untuk cuti panjang, agar bisa mengikuti Seskoad. Sebagaimana pelajaran dari masa yang sudah-sudah, politik Indonesia tidak bisa diramalkan, siapa yang bisa menjamin bahwa Prabowo akan terpilih kembali untuk periode kedua (Pilpres 2029). Anggap saja ini semacam “plan B”, seandainya Prabowo pada suatu waktu tidak lagi berkuasa, dan TIW harus kembali ke TNI.
Dengan modalitas portofolio Seskoad, kiranya karier TIW tetap bisa berjalan normal, kendati tanpa bayang-bayang Prabowo lagi.
Prabowo bisa berkaca pada dirinya sendiri, sebagai perwira pertama di generasinya (Akmil 1974) yang bisa menembus Seskoad tahun ajaran 1986, artinya hanya 12 tahun selepas Prabowo lulus Akmil, dengan pangkat mayor. Artinya dari segi waktu, TIW sebenarnya sudah bisa mengikuti Seskoad, sebagai lulusan Akmil 2011.
Situasinya yang dialami Prabowo dan TIW tidak jauh berbeda, pada masanya Prabowo juga dekat dengan kekuasaan (Orde Baru), sehingga karier militernya terbilang cepat, termasuk cepat pula dalam kesempatan mengikuti Seskoad.
Karena masih tergolong perwira generasi baru, saat mengikuti pendidikan Seskoad (1986-1987), Prabowo sekelas dengan para seniornya, yang kelak bersama-sama pula dalam kedinasan, antara lain Sang Nyoman Suwisma (Akmil 1971, pendahulu Prabowo selaku Wadan Kopassus), Ismed Yuzairi (Akmil 1971, Kas Kostrad saat Prabowo menjabat Pangkostrad), Muchdi PR (Akmil 1970, yang menggantikan Prabowo sebagai Danjen Kopassus).
Salah satu perwira yang kemudian berkarier cemerlang, bahkan legendaris, kendati tidak pernah mengikuti Seskoad dan Sesko TNI (d/h Seskogab) adalah Jenderal Benny Moerdani. Tapi ingat, perjalanan karier Benny Moerdani sangat spesial, yang tidak bisa ditiru atau diulang oleh perwira TNI dari generasi berikutnya, termasuk TIW tentunya.
Meski sempat menjadi orang nomor satu di ABRI (TNI), perjalanan karier Benny tidak bisa dijadikan referensi bagi model pengembangan perwira. Pesannya cukup jelas, agar Overste Teddy segera masuk Seskoad, termasuk mencari peluang melanjutkan ke Sesko TNI, agar karier militernya tetap selamat.
TIW hendaknya jangan terlalu terbuai dengan segala kemudahan hari ini. Apa yang sedang dialami TIW, dalam hemat penulis merupakan anomali, bagaimana bisa terjadi sebuah lembaga sebesar TNI, hanya sibuk mengurus seorang overste. ***
Sumber: Inilah
Artikel Terkait
Menteri Agama Nasaruddin Umar: Keikhlasan Kunci Utama dalam Berpolitik
Partai Perindo Tegaskan Politik Akuntabel: Siap Diperiksa Rakyat!
PB XIII Hangabehi Raja Keraton Solo Wafat pada Usia 77 Tahun, Akan Dimakamkan di Imogiri
Partai Perindo Desak Revisi UU Pemilu, Parliamentary Threshold 4% Dinilai Buang 17 Juta Suara