Hasan Nasbi Nilai Diksi Rakyat Jelata Tak Menghina: Itu Bagian Semangat Dari Semangat Juang

- Selasa, 01 Juli 2025 | 07:00 WIB
Hasan Nasbi Nilai Diksi Rakyat Jelata Tak Menghina: Itu Bagian Semangat Dari Semangat Juang




PARADAPOS.COM - Kepala Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) Hasan Nasbi menyebut Bapak Proklamasi, Soekarno atau Bung Karno, sering menyebut kata "rakyat jelata" dalam tulisan dan pidatonya.


Hasan mengungkapkan ini saat sedang membahas soal ini di acara PCO Goes To Campus Universitas Al Azhar Indonesia bertajuk "Literasi Digital dan Tanggung Jawab Intelektual" pada Senin (30/6/2025).


Mulanya, ia menyoroti kasus Juru Bicara PCO Adita Irawati yang sempat viral karena menggunakan diksi "rakyat jelata" saat menanggapi eks Utusan Khusus Presiden, Miftah Maulana Habiburrahman, yang menghina pedagang es teh bernama Sunhaji.


"Saya kasih gambaran ya, ada Mbak Adita. Mbak Adita harus membuat video minta maaf walaupun saya dengan berat hati itu meminta Mbak Dita untuk membuat video karena mengucapkan kata-kata rakyat jelata," ujar Hasan dilihat dari YouTube Universitas Al Azhar Indonesia.


Padahal, menurutnya, diksi "rakyat jelata" bukan berarti penghinaan. 


"Padahal kata-kata rakyat jelata itu masuk dalam KBBI. Mbak Dita-nya nangis waktu itu harus minta maaf. Tapi karena tekanan publik berdasarkan viralitas," ujar Hasan.


Hasan lantas menyorot bahwa Bung Karno sering menggunakan diksi "rakyat jelata" dalam beberapa tulisan dan pidatonya.


Menurutnya, diksi "rakyat jelata" yang dimaksud Presiden pertama RI ini berarti semangat juang di masa itu.


"Rakyat jelata itu kata-kata yang mungkin salah satu kata yang paling sering disebut oleh Bung Karno dalam tulisan dan pidato dia, bukan karena menghina, tapi bagian dari semangat juang," tuturnya.


"Rakyat jelata itu kata-katanya Sarinah kepada Bung Karno, Sarinah itu ibu asuhnya Bung Karno, itu kata-katanya Sarinah kepada Bung Karno, jangan lupakan rakyat jelata," sambung Hasan lagi.


Selain itu, Hasan menambahkan, tokoh nasional, Sutomo atau Bung Tomo, juga menggunakan diksi "rakyat jelata" dalam pidatonya.


"Pidato Bung Tomo, kalian searching aja pidato Bung Tomo ketika 10 November di Surabaya, kalimat pertamanya 'rakyat jelata'," ucapnya.


Oleh karenanya, ia heran lantaran pernyataan Adita kala itu dianggap sebagai bentuk penghinaan oleh warganet.


"Tapi hari ini, karena ada orang yang ya kita tidak tahu maksudnya apa, menganggap jelas atau sebagai penghinaan, kemudian diikuti oleh banyak orang, jadi benar kata-kata 'rakyat jelata' sebagai penghinaan. Tapi coba hari ini diucapkan lagi, rata-rata belum tentu sebagai penghinaan," ucap Hasan.


Diketahui, Adita pernah menyampaikan permintaan maaf karena menggunakan diksi "rakyat jelata" saat menanggapi eks Utusan Khusus Presiden, Miftah Maulana Habiburrahman, yang menghina pedagang es teh bernama Sunhaji.


Sebab, pernyataan Adita yang menyinggung "rakyat jelata" ini menuai kecaman dari warganet.


Kala itu, Adita menjelaskan definisi dari "rakyat jelata" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang berarti "rakyat biasa".


Meski demikian, Adita menyadari diksi "rakyat jelata" yang dia gunakan itu kurang tepat.


Ia menilai, telah terjadi pergeseran makna dalam kata "rakyat jelata" pada era ini.


Dia pun memohon maaf kepada masyarakat yang merasa terganggu dengan diksi "rakyat jelata".


Sumber: Kompas

Komentar