“Saya meyakini keputusan Prabowo berkaitan dengan membuang Sri Mulyani sebagai Menteri, kaitannya dengan ekonomi politik internasional," Heru menuturkan.
"Sudah jelas Sri Mulyani bisa dikatakan antek ekonomi kapitalis, liberalis, di mana sistem ekonomi internasional sangat melekat dengan Sri Mulyani,” tambahnya.
Heru berpendapat, ekonomi liberal yang diusung Sri Mulyani telah memasuki fase kejenuhan.
"Paham ekonomi liberal inilah yang pada titik puncak kejayaannya dan klimaksnya sudah mencapai kejenuhan. Pada akhirnya melahirkan babak baru, di mana Prabowo lebih memilih praktek atau pendekatan ekonomi sosialis,” terangnya.
Lebih jauh, Heru mengaitkan arah kebijakan Prabowo dengan penguatan hubungan dengan Tiongkok.
“Saya meyakini kemarin Prabowo sempat hadir terkopoh-kopoh pertemuan delapan jam di China dalam rangka menghadiri parade militer pemerintah China. Kelihatan banget pemimpin yang berhaluan sosialis berkumpul dan salah satunya Prabowo,” tandasnya.
Heru bilang, langkah ini sebagai bagian dari kebangkitan rezim ekonomi sosialis di Indonesia.
“Inilah sebenarnya saya melihat awal kebangkitan rezim ekonomi sosialis yang menjadi bagian ideologi Prabowo. Apalagi dengan latar belakang kakek Prabowo yang merupakan pendiri Partai Sosialis Indonesia,” kuncinya.
Sumber: Fajar
Artikel Terkait
Budi Arie Setiadi Kembali Pimpin Projo 2025-2030, Logo Jokowi Akan Dihapus
Pertarungan Politik di Balik Pengawasan Pemilu 2024: Buku Baru Anggota Bawaslu Puadi Mengungkap Fakta
Desakan ke Prabowo: Proses Hukum Jokowi dan Luhut Dinanti Publik
Analisis Peluang Prabowo Subianto Menang Pilpres 2029: Petahana Tanpa Lawan?