"Jumlah kematian di Dar es Salaam sekitar 350 dan di Mwanza lebih dari 200. Jika digabungkan dengan wilayah lain, total korban jiwa diperkirakan mencapai 700 orang," ujar Juru Bicara Chadema, John Kitoka, seperti dikutip dari AFP pada Sabtu, 1 November 2025. Meski angka ini belum dapat diverifikasi secara independen, sejumlah sumber keamanan dan diplomatik mengonfirmasi bahwa korban jiwa memang mencapai ratusan orang.
Tuduhan Kecurangan Pemilu dan Pembatasan oleh Pemerintah
Hassan dan partai penguasa, Chama Cha Mapinduzi (CCM), menghadapi tuduhan melakukan kecurangan sistematis untuk mempertahankan kekuasaan. Situasi ini diperparah dengan didiskualifikasinya dua calon presiden dari kubu oposisi, yang membuat Hassan hanya bersaing dengan 16 kandidat dari partai-partai kecil yang minim pengaruh dan kampanye.
Protes atas proses pemilu pun meluas ke berbagai kota besar, termasuk Dar es Salaam, dengan massa menuntut penyelenggaraan pemilu yang bebas dan adil. Aparat kepolisian dan militer dikerahkan untuk membubarkan aksi unjuk rasa tersebut.
Sebagai upaya meredam tekanan publik atas pemilu yang dianggap cacat demokrasi, pemerintah Tanzania juga dilaporkan menerapkan sejumlah kebijakan restriktif. Kebijakan ini termasuk pemberlakuan jam malam, pemblokiran akses internet, dan pembatasan terhadap media sosial.
Artikel Terkait
Trump vs Kanada: Iklan Reagan Picu Ketegangan Dagang AS-Kanada
700 Tewas dalam Demo Pemilu Tanzania 2025: Kronologi dan Fakta Korban Jiwa
Momen Viral PM Jepang Sanae Takaichi Dekati Prabowo di KTT APEC 2025, Ini Isi Pidato Tolak Serakahnomics
Tragedi El Fasher: Pembantaian Etnis dan Pengungsian Massal di Sudan