"Kita asyik masih berbicara soal ijazah yang menurut saya sangat tidak relevan untuk dibicarakan oleh seorang intelektual di Republik ini," ujar Luhut.
Diketahui, saat ini terus bergulir pembahasan mengenai keaslian ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, yang lulus dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Luhut menilai hal terpenting adalah kontribusi yang diberikan seseorang terhadap negara, sehingga ijazah tak lagi relevan.
Bahkan, dirinya yang saat ini masih aktif di pemerintahan, tidak lagi mengingat di mana ijazahnya disimpan.
"Apa sih ijazah itu? Saya pun enggak tahu ijazah saya di mana saya taruh. Dan saya pikir tidak relevan. Yang paling relevan itu apa yang kau berikan, kontribusikan pada negara ini," ucap dia.
Ia pun mengajak para tokoh intelektual di Indonesia untuk menuangkan pemikiran-pemikiran dengan akal sehat yang dapat membantu pemerintah mengambil kebijakan yang tepat di tengah gejolak global.
"Gunakan akal sehat kita untuk berkomentar, sehingga kita juga membantu pemerintah untuk bernavigasi dalam keadaan sulit, dunia seperti sekarang ini," kata dia.
Terlebih, lanjut dia, kondisi global sulit untuk diprediksi.
Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump telah memberikan kebijakan-kebijakan yang menimbulkan gejolak, khususnya kenaikan tarif yang sulit untuk diprediksi dampaknya ke depannya.
Oleh sebab itu, ia menekankan perlunya perhatian bersama untuk mendukung pembangunan negara.
"Walaupun kami di Dewan Ekonomi membuat kajian-kajian yang sangat dalam mengenai ini, memang ini sangat perlu kita perhatikan semua dan kita jaga bersama-sama," ucapnya.
Sumber: Kompas
Artikel Terkait
Tragedi El Fasher: Pembantaian Etnis dan Pengungsian Massal di Sudan
Resolusi PBB Sahkan Otonomi Sahara Barat di Bawah Maroko, Dukungan AS Kunci Kemenangan Diplomatik
Pangeran Andrew Dicabut Gelar Kerajaan: Fakta Terbaru Kasus Epstein
Presiden Prabowo Hadiri Gala Dinner KTT APEC 2025: Diplomasi Ekonomi Indonesia di Korea