PARADAPOS.COM - Panggung politik nasional pasca-Pemilu 2024 terus menghadirkan dinamika yang menarik untuk dicermati.
Salah satu sorotan utama adalah manuver Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diisukan akan merapat ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI) setelah menyelesaikan masa jabatannya.
Langkah ini dinilai sebagai sebuah strategi besar untuk memastikan Jokowi tetap memiliki relevansi dan kekuatan politik nyata, bahkan setelah tidak lagi berkuasa.
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, membedah secara tajam manuver politik ini dalam podcast Gaspol baru-baru ini.
Menurutnya, ini adalah upaya Jokowi untuk membangun 'sekoci' atau pelabuhan politik baru di tengah konstelasi kekuasaan yang telah berubah.
PSI Sebagai 'Sekoci' Politik Jokowi?
Yunarto Wijaya, yang akrab disapa Mas Toto, melihat sinyal ketertarikan Jokowi pada PSI bukanlah sekadar basa-basi politik.
Ia menilai ada tujuan strategis di baliknya, yakni untuk mempertahankan pengaruh riil di panggung politik nasional.
"Pernyataan Jokowi yang mengindikasikan akan bergabung dengan PSI dilihat sebagai langkah untuk memiliki kekuatan politik riil setelah tidak lagi menjabat presiden," ungkap Yunarto dikutip dari podcast Gaspol yang diunggah YouTube pada Jumat (18/7/2025).
Sinyal ini dibaca sebagai penegasan bahwa Jokowi tidak berniat pensiun total dari hiruk pikuk politik praktis.
Sebaliknya, ia sedang mempersiapkan fondasi agar tetap menjadi figur yang diperhitungkan, baik oleh lawan maupun kawan politiknya di masa depan.
Pilihan Realistis di Tengah Kepentingan Partai Besar
Pertanyaan besarnya, mengapa harus PSI? Partai yang notabene masih berjuang untuk mendapatkan kursi di Senayan.
Menurut analisis Yunarto, pilihan ini lahir dari sebuah kalkulasi yang sangat realistis.
Pasca-Pilpres, peta politik telah bergeser. Partai-partai besar kini memiliki pusat gravitasi baru, yaitu Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Bagi mereka, mengamankan posisi dan pengaruh di lingkar kekuasaan baru jauh lebih prioritas ketimbang menyediakan karpet merah bagi seorang mantan presiden.
"Pilihan ke PSI dianggap karena tidak ada pilihan lain, mengingat partai-partai besar sudah sibuk dengan kepentingannya sendiri dan berlomba mengambil hati Prabowo," jelas Yunarto.
Dalam kondisi ini, PSI menjadi opsi paling memungkinkan bagi Jokowi untuk memiliki kendaraan politik yang bisa ia kendalikan atau setidaknya pengaruhi secara signifikan.
Tantangan Tawar Politik di Hadapan Prabowo
Meski demikian, bergabung dengan PSI tidak serta-merta menjadi tiket emas bagi Jokowi untuk memiliki daya tawar yang kuat di hadapan pemerintahan Prabowo.
Yunarto mengingatkan bahwa kekuatan sebuah partai di parlemen masih menjadi ukuran utama dalam negosiasi politik tingkat tinggi.
"Bergabungnya Jokowi ke PSI belum tentu secara signifikan meningkatkan bargaining politiknya dengan Prabowo, karena PSI bukan partai parlemen besar," kata Yunarto.
Kekuatan utama Jokowi nantinya akan bertumpu pada pengaruh personalnya dan kemampuannya menjaga basis loyalis.
Ujian sesungguhnya atas efektivitas 'Jokowi effect', termasuk dampaknya pada karier politik Gibran Rakabuming Raka, baru akan terbukti pada kontestasi elektoral selanjutnya di Pemilu 2029.
Langkah Tak Lazim Seorang Mantan Presiden
Manuver Jokowi ini juga menandai sebuah fenomena yang dianggap berbeda dari presiden-presiden Indonesia sebelumnya.
Secara tradisi, para pemimpin yang telah purna tugas cenderung mengambil peran sebagai negarawan, menjaga jarak dari politik praktis sehari-hari.
"Tren Jokowi yang baru mencari partai setelah selesai menjabat presiden dianggap tidak lazim dibandingkan presiden-presiden sebelumnya yang justru mulai mengurangi peran politik praktis setelah lengser," imbuh Yunarto.
Langkah ini menunjukkan bahwa Jokowi memilih jalan yang berbeda dalam mengelola transisi kekuasaannya.
Alih-alih menjadi 'sesepuh' bangsa yang berada di atas arena, ia tampaknya lebih memilih untuk tetap berada di dalam gelanggang, siap untuk bermain dan mempengaruhi jalannya pertandingan politik di tahun-tahun mendatang.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Analis Ungkap Skenario Perang Dingin Prabowo vs Jokowi di 2029, Nasib Sosok Ini Jadi Kunci!
Pengakuan Berbalik Eks Rektor UGM Dinilai Bentuk Intimidasi: Kebohongan Jika Ditutupi Munculkan Kebohongan Lain!
Jokowi Mulai Ditinggal? Pengamat Bongkar Sifat Asli Elit, Sebut Magnet Kuasa Pindah Cepat ke Sosok Ini!
NasDem Desak Gibran Segera Pindah Kantor ke IKN: Dorong Aktivasi Infrastruktur dan Cegah Pemborosan!