Situasi semakin memanas setelah dua kandidat oposisi didiskualifikasi, membuat Hassan hanya menghadapi 16 kandidat dari partai kecil dengan kampanye terbatas. Kondisi ini memicu kemarahan publik yang menilai pemilu tidak berlangsung bebas dan adil.
Respons Pemerintah dan Kecaman Internasional
Aparat keamanan Tanzania mengerahkan polisi dan militer untuk membubarkan massa demonstran. Pemerintah juga menerapkan berbagai pembatasan termasuk jam malam, pembatasan akses media sosial, dan pemblokiran internet.
Direktur Regional Amnesty International untuk Afrika Timur dan Selatan, Tigere Chagutah, mengecam keras tindakan represif aparat terhadap pengunjuk rasa. "Risiko eskalasi lebih lanjut sangat tinggi. Kami mendesak polisi untuk menahan diri dan tidak menggunakan kekerasan yang tidak perlu dan berlebihan terhadap para pengunjuk rasa," tegasnya.
Kondisi keamanan di Tanzania terus dipantau komunitas internasional menyusul laporan korban jiwa dalam demonstrasi pemilu 2025 yang mencapai ratusan orang tersebut.
Artikel Terkait
Trump vs Kanada: Iklan Reagan Picu Ketegangan Dagang AS-Kanada
Presiden Tanzania Samia Suluhu Hassan Menang Telak 97% di Pemilu 2025, Diwarnai Kecurangan dan 700 Korban Jiwa
Momen Viral PM Jepang Sanae Takaichi Dekati Prabowo di KTT APEC 2025, Ini Isi Pidato Tolak Serakahnomics
Tragedi El Fasher: Pembantaian Etnis dan Pengungsian Massal di Sudan