Membaca Ijazah, Legitimasi, dan Imajinasi Kekuasaan: Apa Maksud Bareskrim Dengan Identik dan Otentik?
Oleh: Ali Syarief
Akademisi
Pernyataan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri bahwa ijazah Presiden Joko Widodo adalah “identik dan otentik” barangkali dimaksudkan untuk menyudahi kontroversi panjang.
Tapi seperti kabut pagi yang sejenak sirna lalu kembali menebal, kesimpulan itu justru menyisakan lebih banyak tanya ketimbang menjawab seluruh curiga.
Di ruang publik, kata “identik” dan “otentik” tidak hanya menyiratkan kepastian forensik, melainkan juga mengandung muatan legitimasi politik.
Identik berarti tak ada beda antara ijazah yang dipegang Jokowi dengan dokumen arsip institusi pendidikan yang mengeluarkannya.
Otentik menandakan bahwa dokumen itu benar, asli, bukan hasil manipulasi atau rekayasa.
Dalam bahasa hukum, keduanya mengunci status sah ijazah itu sebagai alat bukti yang tak terbantahkan.
Namun, publik tak hanya menagih keaslian kertas dan tanda tangan. Yang lebih mendasar adalah kejujuran di baliknya.
Apakah negara telah berlaku transparan dalam membuktikan sesuatu yang sedari awal seharusnya bukan perkara besar?
Mengapa untuk membuktikan sesuatu yang amat sederhana—bahwa seorang Presiden benar-benar lulus dari institusi pendidikan tertentu—dibutuhkan proses yang panjang, penuh pengelakan, bahkan perlawanan hukum terhadap para penggugat?
Kisruh soal ijazah Jokowi sejatinya bukan soal akademik, melainkan soal kepercayaan.
Artikel Terkait
Jokowi dan Peta Kekuasaan: Mengungkap Peran Kunci di Balik Terpilihnya Bahlil Lahadalia sebagai Ketum Golkar
Prabowo Buka Suara Soal Isu Otoriter: Saya Malah Sering Dengar Kritik dari Podcast
GP Ansor Ajak Anak Muda Jaga Kedaulatan Siber: Ancaman & Strategi yang Wajib Diketahui
Eddy Soeparno Ingatkan Menkeu Purbaya: Popularitas Tinggi, Tapi Rakyat Tunggu Kinerja Nyata Dongkrak Ekonomi