PARADAPOS.COM - Mantan Sekretaris Kementerian BUMN dan pengamat politik, Muhammad Said Didu, melontarkan pernyataan keras mengenai dugaan adanya keterkaitan antara kekuasaan di “Solo” dan praktik oligarki dengan penangkapan para aktivis.
Didu bahkan menyebut hal ini sebagai “fakta” yang tak terbantahkan, serta mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk mengambil tindakan tegas.
Didu mengklaim bahwa siapa pun yang menyuarakan kritik terhadap “Solo” atau oligarki akan “siap-siap ditangkap.”
Ia membandingkan dua gelombang demonstrasi mahasiswa sebagai bukti.
Menurutnya, demo besar pada 24 Maret di 76 kota yang melibatkan puluhan ribu mahasiswa tidak membuahkan penangkapan karena tuntutannya tidak menyentuh “Solo” dan oligarki, melainkan hanya menuntut TNI masuk ke isu Barak dan penurunan Prabowo.
“Tapi coba tuntut Gibran turun, langsung ditangkap. Nyinggung sedikit PSN (Proyek Strategis Nasional) oligarki, ditangkap. Itu fakta yang tidak bisa dibantah,” tegas Didu ditayangan akun YouTube UI Watch, Ahad.
Didu lebih jauh menuding adanya “desersi lembaga kenegaraan” terhadap pemerintahan saat ini.
Ia mempertanyakan mengapa penangkapan masih terus terjadi, padahal Ketua DPR, pimpinan fraksi Gerindra (Habiburrahman), bahkan Sekretariat Negara sudah menyatakan polisi tidak boleh melakukan penangkapan sembarangan.
“Ini ada desersi lembaga terhadap pemerintahan sekarang. Ketua Komisi III DPR dari Gerindra, Ketua DPR dari PDIP, dan Setneg mewakili pemerintah, sudah menyatakan tidak boleh, tapi polisi masih meneruskan,” jelasnya.
Dari fenomena ini, Didu menyimpulkan bahwa “Siapa pun yang bersuara tentang Jokowi, Solo, atau oligarki, maka ditangkap oleh polisi.”
Ia menambahkan, perbedaan perlakuan ini terlihat mencolok antara demo 24 Maret yang aman dan demo yang menyuarakan kritik terhadap oligarki atau “Solo” yang justru berujung penangkapan.
Menyambung analisanya, Didu menduga ada kaitan antara situasi ini dengan langkah Prabowo yang disebutnya sedang “memakan bubur panas Solo.”
Ia melihat sinyalemen bahwa Prabowo sedang menyeimbangkan kekuatan, seperti terlihat dari langkah Kejaksaan Agung yang mulai “mengincar” pihak-pihak yang disebutnya dekat dengan “Solo,” isu judi online, hingga pengusutan kasus korupsi bansos presiden oleh KPK.
“Orang-orang yang dekat Solo itu sedang di(tangani) oleh Kejaksaan Agung. Itulah pentingnya kenapa TNI harus menjaga Kejaksaan Agung,” tuturnya.
“Artinya ini ingin menunjukkan, ‘siapa pemangku Solo kami akan bela.’ Itu imbangan yang sedang dilakukan karena Pak Prabowo sedang memakan bubur panas Solo dari tengah,” imbuhnya.
Didu pun mendesak Prabowo untuk mengambil tindakan tegas terhadap lembaga yang “desersi” ini, karena dinilai sangat membahayakan negara dan rakyat.
Ia yakin Prabowo tidak akan tinggal diam dan akan melakukan pembersihan terhadap anasir-anasir yang mencoba merongrong pemerintahannya.
Di akhir pernyataannya, Didu memberikan dukungan penuh kepada mahasiswa yang berjuang menyuarakan agar Prabowo “bebas dari Solo dan oligarki,” dengan menyebut mereka sebagai pahlawan.
Ia juga melontarkan kritik terhadap “pendukung emas imitasi” yang disebutnya kini berada di lingkaran kekuasaan.
Didu mencontohkan beberapa nama pejabat yang dulunya kerap mengkritik keras, namun kini justru mendapatkan posisi.
Hal ini, menurutnya, kontras dengan “pendukung 24 karat” yang dinilai seakan tersingkirkan.
“Saya berharap Prabowo melanjutkan apa yang terjadi pada pertemuan PPAD (Perhimpunan Purnawirawan Angkatan Darat) yang lebih condong satu meja dengan orang yang mencintai NKRI daripada hanya juru penjilat. Bersihkan segera lembaga yang melakukan desersi terhadap pemerintahan,” tutup Didu.
👇👇
Sumber: JakartaSatu
Artikel Terkait
Hingar-Bingar Gibran di Senayan: Siapa Yang Mau Menjaga Tahta Jika Prabowo Tiada?
JK Singgung soal Ijazah: Simpan Aslinya, Nanti Jadi Gubernur Ditanya Tidak Ada, Memalukan!
Pemda Dapat Lampu Hijau Rapat di Hotel dan Anggaran Fantastis Hotel-Makan Menteri, Efisiensi Cuma Omon-omon?
RI Berencana Beli Jet Tempur China, Wamenhan: Apalagi Harganya Murah, Kenapa tidak