"Protes Gen-Z di Nepal mungkin tampak organik, tetapi ketika lapisan-lapisannya dikupas, jejak Deep State Amerika Serikat sulit diabaikan. Larangan mendadak terhadap 26 platform media sosial menjadi pemicu, namun skala, kecepatan, dan pengelolaan narasi dari protes-protes ini menunjukkan adanya orkestrasi eksternal. Deep State AS memiliki pola — mereka mengeksploitasi kemarahan tulus dari kaum muda, memperkuatnya melalui jaringan tersembunyi, dan mengarahkannya untuk mengguncang pemerintahan yang tidak sejalan dengan kepentingan strategis mereka."
Pernyataan ini disampaikan oleh Savio Rodrigues, sebagai mantan juru bicara dari unit Goa dari India yang turut meregulasi Bharatiya Janata Party atau BJP.
Ada kemiripan pola
Sementara itu, Nabraj Lama, Direktur Penelitian dan Pengembangan di Kathmandu Institut Strategis Himalaya, meyakini bahwa tidak ada bukti substantif akan keterlibatan pihak eksternal, namun ada kemiripan pola antara demo di Nepal dengan di Indonesia.
"Nonetheless, the protests in Nepal share several clear similarities with previous protests in Indonesia and other South Asian countries like Bangladesh and Sri Lanka. In all cases, the movements were youth-led, decentralised, and fueled by deep frustration over corruption, economic inequality, and lack of accountability." .
Atau begini jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia:
"Meskipun demikian, protes di Nepal memiliki beberapa kesamaan yang jelas dengan protes sebelumnya di Indonesia dan negara-negara Asia Selatan lainnya seperti Bangladesh dan Sri Lanka. Dalam semua kasus, gerakan-gerakan tersebut dipimpin oleh kaum muda, terdesentralisasi, dan dipicu oleh rasa frustrasi yang mendalam terhadap korupsi, kesenjangan ekonomi, dan kurangnya akuntabilitas," tegas Lama dikutip dari Sputnik.
Hal ini juga menyusul ditemukannya hal-hal yang mirip dengan demonstrasi yang pernah terjadi di Bangladesh dan Sri Lanka beberapa waktu yang lalu, sehingga memperkuat dugaan tersebut.
Lalu Apakah Ada Keterlibatan Deep State Amerika Serikat di Demo Indonesia?
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara, AM Hendropriyono, menyampaikan bahwa dirinya mengetahui dalang di balik aksi demonstrasi ini.
Ia menegaskan bahwa aktor tersebut berasal dari luar negeri, namun belum akan mengungkapkannya dalam waktu dekat ini.
Meski belum ada keterangan lebih lanjut dari mantan Kepala BIN tersebut, namun setidaknya terdapat kisi-kisi bahwa dalang yang diduga menjadi aktor dibalik demo ini berasal dari luar negeri.
"Saya tahu, saya nggak lebih pintar dari kalian. Tapi saya mengalami semua. Dan ini ada [pihak asing, -red] yang 'main' gitu," tuturnya, pada Kamis 28 Agustus.
"Saya sangat yakin bahwa kaki tangan [pihak asing, -red] di dalam [negeri,-red] ini tidak mengerti bahwa dia dipakai. Namun pada waktunya nanti harus dibuka."
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Trump vs Kanada: Iklan Reagan Picu Ketegangan Dagang AS-Kanada
Presiden Tanzania Samia Suluhu Hassan Menang Telak 97% di Pemilu 2025, Diwarnai Kecurangan dan 700 Korban Jiwa
700 Tewas dalam Demo Pemilu Tanzania 2025: Kronologi dan Fakta Korban Jiwa
Momen Viral PM Jepang Sanae Takaichi Dekati Prabowo di KTT APEC 2025, Ini Isi Pidato Tolak Serakahnomics