Rencana pelaksanaan Tabligh Akbar bertajuk “Unwir Bersolawat” di Indramayu, Jawa Barat, yang akan menghadirkan dua tokoh habaib ternama, Habib Novel bin Muhammad Alaydrus dan Al Habib Ahmad bin Utsman Alaydrus, menuai penolakan keras dari organisasi lokal bernama Perjuangan Walisongo Indonesia – Laskar Sabilillah (PWI-LS) Kabupaten Indramayu.
Acara yang dijadwalkan akan berlangsung pada Jumat malam, 8 Agustus 2025, di Kampus Universitas Wiralodra (Unwir) Indramayu, Jalan Ir. H. Juanda KM 03, Karanganyar, seharusnya menjadi ajang silaturahmi dan penguatan spiritual warga setempat. Namun, surat terbuka dari PWI-LS yang beredar 13 jam lalu menyatakan secara tegas penolakan terhadap kehadiran dua habib tersebut.
Dalam surat tersebut, yang ditandatangani oleh sejumlah tokoh dari PWI-LS Kabupaten Indramayu seperti Panglima Laskar Sabilillah Purn. TNI Sukenoh, KH. Baduri, Purn. TNI Tarjo, hingga Ketua DPC Zamroni, mereka menyatakan:
“Kami sangat berkeberatan pada acara tersebut yang menghadirkan Habib, dan jika mereka tetap hadir maka kami akan melanjutkan kepada pihak yang berwenang untuk menindaklanjuti dan menyikapi surat keberatan pada acara tersebut.”
Surat itu dikemas dalam narasi keagamaan dan nasionalisme, dengan pembuka salam serta doa untuk NKRI. Namun, di dalamnya tersirat ancaman aksi lanjutan yang bisa menimbulkan eskalasi di tengah masyarakat jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.
Perjuangan Walisongo Indonesia – Laskar Sabilillah (PWI-LS) adalah sebuah organisasi yang mengklaim sebagai penjaga nilai-nilai keislaman dan keutuhan NKRI dari pengaruh luar yang menurut mereka “tidak sesuai dengan semangat keislaman yang murni”.
Meski tak secara eksplisit menjelaskan alasan substansial penolakan terhadap Habib Novel dan Habib Ahmad, namun dalam pernyataan tidak resminya yang beredar di grup-grup pesan instan, beberapa anggota PWI-LS menyebut kekhawatiran terhadap “ajaran keagamaan yang tidak sesuai dengan paham keislaman lokal” sebagai alasan utama.
Di media sosial, reaksi netizen terbagi dua. Banyak pihak mengecam surat penolakan ini sebagai bentuk intoleransi dan pembatasan terhadap kegiatan keagamaan yang sah. Salah satu akun bernama @Muhyidin88 menulis:
“Kenapa harus takut pada Habib yang hanya ingin bershalawat? Kalau tidak suka, jangan datang, bukan melarang orang lain.”
Namun ada pula yang membela PWI-LS, menilai bahwa mereka hanya ingin menjaga ketertiban lokal dan keharmonisan masyarakat.
Pihak Unwir dan Panitia: Kami Tetap Jalan
Pihak Universitas Wiralodra selaku lokasi pelaksanaan acara, melalui salah satu panitianya yang enggan disebutkan namanya, menyatakan bahwa persiapan tetap berjalan dan tidak ada rencana membatalkan kedatangan Habib Novel dan Habib Ahmad.
“Ini acara keagamaan, terbuka untuk umum, dan sudah mendapat izin. Kami tidak melihat alasan untuk membatalkan,” ujarnya singkat.
Situasi ini menempatkan pemerintah daerah dan aparat penegak hukum dalam posisi krusial. Kapolres Indramayu dan Bupati Indramayu diharapkan mampu meredam potensi konflik horizontal dengan mengedepankan dialog dan koordinasi.
Kasus ini menjadi ujian nyata bagi wajah toleransi dan kebebasan beragama di Indonesia, khususnya dalam hal kegiatan keagamaan di ruang publik. Penolakan terhadap dua habib yang telah dikenal luas sebagai dai dan tokoh publik di Indonesia ini menimbulkan pertanyaan: Apakah alasan penolakan berdasar pada substansi ajaran, atau lebih pada dinamika politik dan sosial setempat?
Apapun itu, masyarakat Indramayu dan aparat perlu bijak merespons situasi ini agar tidak memunculkan kegaduhan yang bisa berujung perpecahan.
Sumber: suaranasional
Foto: Ilustrasi/Net
Artikel Terkait
Pasutri Lansia Ditabrak Fortuner Anggota DPRD Lampung, 1 Tewas
DPR Sebut Simbol One Piece Pemecah Belah Bangsa, Netizen Posting Foto Gibran: Ini Ketuanya, Pak
Reaksi Keras Mahfud Sikapi Pemblokiran Rekening oleh PPATK: Jahat Itu, Bisa Digugat ke Pengadilan
Amnesti Hasto, Tiket Emas PDIP ke Kabinet, Awal Keretakan Prabowo - Jokowi