“Prabowo memanfaatkan momen ini untuk perlahan-lahan mengonsolidasikan kekuatan politiknya dengan menghapus pengaruh Jokowi,” kata Virdika Rizky Utama, peneliti politik di lembaga think tank PARA Syndicate.
Sekretaris Negara Prasetyo Hadi mengatakan pada hari Senin bahwa para pengganti tersebut adalah orang yang tepat untuk jabatan tersebut.
Istana Kepresidenan tidak menanggapi permintaan komentar AFP.
Untuk mendapatkan kembali kepercayaan publik, para pakar mengatakan Prabowo perlu mengatasi kesenjangan kekayaan yang semakin lebar dan melemahnya demokrasi di negara yang telah lama dikenal dengan politik dinasti yang baru muncul dari otokrasi pada tahun 1990-an.
“Yang kita butuhkan adalah tekad dari presiden, kemauan politik, dan kemajuan nyata,” kata Airlangga.
"Lingkaran Terdekat"
Namun, dengan menempatkan loyalis untuk mengawasi anggaran dan keamanan, Prabowo tampaknya berusaha mempertahankan program-program unggulannya, alih-alih mengubah arah.
“Mempercayakan kepada orang-orang yang dikenal menjadi kunci untuk mengamankan kebijakannya,” kata Wasisto Raharjo Jati, analis politik di Badan Riset dan Inovasi Nasional, yang menambahkan bahwa mereka yang direkrut berasal dari “lingkaran terdekat” Prabowo.
“Prabowo akan lebih nyaman bergerak maju jika program-program andalannya ditangani oleh tokoh-tokoh terpercaya," ujarnya.
Namun, masih belum jelas apakah para pejabat baru yang direkrut Prabowo mampu memperbaiki kehidupan masyarakat Indonesia.
Sri Mulyani pernah bekerja di Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional, sementara Purbaya, seorang profesional keuangan yang relatif kurang dikenal, langsung memuji target pertumbuhan ekonomi ambisius Prabowo sebesar delapan persen per tahun sebagai sesuatu yang dapat dicapai.
“Kompetensi, pengalaman, dan keterampilan teknologi mereka masih harus dibuktikan,” kata Wasisto.
Beberapa pihak berpendapat bahwa Prabowo harus mengubah arah proyek-proyek sosialnya karena negara ini bergulat dengan upah yang stagnan dan meningkatnya pengangguran.
“Jika koreksi dilakukan setengah hati...persepsi keadilan akan memburuk, dan tekanan sosial akan terus berlanjut,” kata Rani.
Langkah-langkah rekonsiliasi dan seruan untuk tetap tenang tampaknya telah memberi waktu bagi Prabowo.
Namun, tanpa mengatasi akar kemarahan publik, para analis mengatakan insiden provokatif lainnya dapat memicu protes yang lebih besar.
“Ini akan menjadi bom waktu,” kata Virdika. “Jika semuanya menumpuk, akan meledak.”
Sumber: SindoNews
Artikel Terkait
Saksi MKD: Respons Joget dan Nyanyi Peserta Sidang Tahunan Saat Orkestra Tampil
Budi Arie Setiadi Gabung Gerindra: Strategi atau Bunuh Diri Politik? Ini Kata Pengamat
Projo Tegaskan Tidak Jadi Partai Politik, Fokus ke Masyarakat
Bank bjb Raih Apresiasi Kemenko Perekonomian untuk Edukasi PMI Perempuan