Gema Genosida Rwanda dan Ladang Pembantaian
Sheldon Yett dari UNICEF, yang pernah bertugas di Rwanda selama genosida, menyatakan kekhawatirannya. Ia menggambarkan pemandangan di El Fasher sebagai "ladang pembantaian" dan menemukan gaung dari peristiwa Rwanda. Laboratorium Penelitian Kemanusiaan Yale (HRL) juga melaporkan bukti pembunuhan massal sistematis oleh RSF terhadap warga yang mencoba melarikan diri.
Kecaman Internasional dan Impunitas yang Terus Berlanjut
Meskipun PBB, AS, dan Uni Eropa telah mengeluarkan kecaman, para analis menilai tindakan ini sudah terlambat dan kosong. Pakar Sudan, Hamid Khalafallah, menegaskan bahwa komunitas internasional gagal melindungi warga sipil. Jean-Baptiste Gallopin dari Human Rights Watch menambahkan bahwa impunitas atau kekebalan hukum yang dinikmati RSF, termasuk pemimpinnya Hemedti, telah mendorong pola kekejaman berulang. Fokus diplomatik pada gencatan senjata dinilai mengesampingkan langkah-langkah perlindungan warga sipil yang mendesak.
Dengan terputusnya akses bantuan dan banyaknya relawan yang bersembunyi atau hilang kontak, krisis kemanusiaan di El Fasher diperkirakan akan semakin dalam, meninggalkan ribuan nyawa dalam bahaya dan ketidakpastian.
Artikel Terkait
Presiden Tanzania Samia Suluhu Hassan Menang Telak 97% di Pemilu 2025, Diwarnai Kecurangan dan 700 Korban Jiwa
700 Tewas dalam Demo Pemilu Tanzania 2025: Kronologi dan Fakta Korban Jiwa
Momen Viral PM Jepang Sanae Takaichi Dekati Prabowo di KTT APEC 2025, Ini Isi Pidato Tolak Serakahnomics
Resolusi PBB Sahkan Otonomi Sahara Barat di Bawah Maroko, Dukungan AS Kunci Kemenangan Diplomatik