Terungkap! Sebelum Tewas, Remaja di Asahan Diinjak-Injak Perutnya Oleh Polisi

- Selasa, 18 Maret 2025 | 06:25 WIB
Terungkap! Sebelum Tewas, Remaja di Asahan Diinjak-Injak Perutnya Oleh Polisi


Investigasi KontraS: Sebelum Tewas, Remaja di Asahan Dianiaya Polisi


Komisi Untuk Orang Hilang dan KontraS Tindak Kekerasan (KontraS) Sumatera Utara menginvestigasi kasus remaja bernama Pandu Brata (18) yang diduga tewas dianiaya polisi di Kabupaten Asahan.


Sebelumnya, pihak Polres Asahan membantah dugaan penganiayaan tersebut.


Berdasarkan investigasi KontraS, peristiwa bermula pada Sabtu (8/3/2025) pukul 22.00.


Awalnya, Pandu dan sembilan temannya sedang nongkrong di Warkop Agam Simpang Kawat di Jalan Durian, Asahan.


Setelah itu, menjelang tengah malam, rombongan tersebut membubarkan diri.


Namun, saat perjalanan pulang, rombongan Pandu melihat sekelompok pemuda berkumpul di pinggir jalan, tepatnya di area perkebunan PT Sintong, Jalan Perdamean, Asahan.


"Karena rasa penasaran, mereka mendekati kumpulan tersebut dan mendapati bahwa sedang berlangsung lomba balap lari," ujar Ady saat menggelar konferensi pers di Kantor KontraS yang berada di Jalan Eka Budi, Kota Medan, Senin (17/3/2025).


Lalu, ketika lomba balap lari hendak dimulai, sekitar pukul 00.30 WIB, beberapa polisi datang untuk membubarkannya.


"Tembakan peringatan pertama dilepaskan, menyebabkan massa berhamburan. Korban (Pandu) terpisah dari teman-temannya, dan hanya lima orang yang tersisa, termasuk korban, yang berboncengan dengan satu sepeda motor," ujar Ady.


Saat berboncengan lima dengan motor, Sahat, teman dari Pandu, berada di posisi terakhir.


Sedangkan Pandu di posisi keempat. Lalu polisi yang mengendarai motor mengejar Sahat dan teman-temannya.


"Oknum polisi tersebut berusaha menjatuhkan mereka dengan menendang saat berkendara," ujar Ady.


Saat dikejar polisi, Sahat memutuskan melompat dari sepeda motor dan melarikan diri.


Hal sama juga dilakukan Pandu yang ikut melompat. Namun saat melompat, dia justru tertabrak oleh motor oknum polisi tersebut.


"Setelah itu, oknum polisi menendang korban sebanyak dua kali," ujar Ady.


Kata Ady, dugaan penyiksaan yang dilakukan oknum polisi tersebut juga diketahui oleh warga di Kampung Perdamean, Sungai Lama, Asahan.


Warga sempat mendengar suara tembakan senjata api sebanyak tiga kali dan mendengar suara bising sepeda motor yang melaju kencang dari depan rumahnya.


Lalu, warga juga melihat Pandu dan rekan-rekannya dikejar oleh polisi menggunakan sepeda motor.


Selanjutnya, warga melihat Pandu jatuh di dekat pohon daun salam di sekitar pemukiman warga.


"Polisi menginjak dan menendang perutnya sebanyak tiga kali. Beberapa warga lainnya juga sempat mendengar suara teriakan Pandu meminta ampun dan meminta tolong saat kejadian tersebut," kata Ady.


Setelah kejadian itu, polisi sempat membawa Pandu ke puskesmas karena dia mengalami luka di pelipis mata dan mendapatkan jahitan.


Pandu kemudian sempat dirawat selama 30 menit.


Setelah mendapatkan perawatan dari Puskesmas, Pandu langsung dibawa ke Polsek Simpang Empat untuk diamankan.


"Di Polsek Simpang Empat, Pandu menjalani tes urine sebanyak dua kali. Hasil tes pertama menunjukkan negatif narkoba, namun hasil tes kedua tidak jelas. Namun, pihak kepolisian akhirnya menyatakan hasil positif narkoba," ujar Ady.


Saat berada di Polsek Simpang Empat, Pandu sempat menghubungi kakak dan beberapa keluarga, namun karena belum mendapatkan respons.


"Korban lalu mengirim pesan kepada temannya untuk segera dijemput karena ia mengalami sakit. 'Cepatlah...Jemputlah aku, perutku sakit kali,'" ujar Ady menirukan ucapan Pandu.


Baru, kata Ady, pada Minggu (9/3/2025) pukul 10.00, Pandu dijemput oleh keponakannya, Arlitua Manurung, dan temannya, Sahat.


Mereka membawa Pandu ke kos tempat Sahat tinggal. Korban kemudian menceritakan bahwa ia ditabrak dan ditendang dua kali oleh oknum polisi tersebut.


Halaman:

Komentar