Hasan Nasbi Sang Penjikat: 'Memelihara Lidah & Air Liur, Mereduksi Nilai Moral'
Dunia Dari Kacamata Seorang Penjilat
Oleh: Made Supriatma
Kita memandang dunia dari cara kita memposisikan diri kita dalam sistem sosial yang kita hidupi.
- Seseorang yang religius akan memandang dunia dengan kacamata religius. Kalau dia religius-pasifis esoteris, dia akan memandang dunia yang tanpa konflik, mencari kedamaian paling hakiki, dan mungkin bermati raga dengan tidak makan apa yang dianggapnya sebagai bentuk agresi
- Seorang pendidik akan melihat dunia yang tumbuh dan berkembang. Kalau dia pendidik yang berdedikasi, dia akan sabar merawat anak-anak didikannya maju dan berkembang menjadi baik. Pada akhirnya, puncak kepuasannya adalah ketika anak yang dididiknya berhasil.
Banyak orang baik di dunia ini yang memandang dunia dari perspektifnya. Yang menerima bahwa harus ada ‘disana’ agar dunia bisa berjalan dengan baik.
- Seorang pengemudi ojol, misalnya, melihat dunia dari orang-orang dia layani. Bahkan kadang kelewatan karena mereka melihat dari diktator aplikasi yang mengatur irama hidup mereka.
- Seorang koruptor juga melihat dunia dari posisinya. Kadang sikap korup itu muncul karena ‘toleransi’ yang dibikin-bikin. ‘Kalau bukan saya, orang lain yang akan ambil. Bahkan mungkin akan lebih parah dari saya. Kalau saya cuman ambil 500 milyar saja. Lumayan buat tabungan ibunya anak-anak dan nanti bekal kulian anak-anak’. Begitu seterusnya.
🔴Nah bagaimana dengan dunia dilihat dari mata seorang penjilat?
- Kebetulan kita mendapat sedikit perspektif dari kawan ini (Hasan Nasbi).
- Dalam pandangan dunianya, semua manusia adalah penjilat.
- Pada mulanya adalah jilatan dan jilatan menjelma menjadi manusia.
- Kompetensi untuk menjadi manusia paripurna untuk para penjilat adalah kalau yang dijilatnya menang.
Nah, bisalah kita bayangkan bagaimana kita harus memelihara lidah dan air liur ini untuk menjilat.
Slurrrrpppp … slurrrrppp … jilat hingga ke liang dubur terdalam. Yang dijilat pun merasa bersih, adem, tenterem, merem melek.
Itulah dunia dilihat dari pandangan seorang penjilat. Kita semua adalah penjilat. Yang kita jilat adalah penguasa — yang menang.
Moral para penjilat terletak pada: apakah yang dijilatnya menang atau kalah.
Kalau kalah, Anda tidak kompeten.
Tidak ada artinya jilatanmu bersih atau setengah bersih.
Yang penting yang dijilatnya itu menang atau kalah.
Artikel Terkait
ICW Laporkan Korupsi Pengurangan Porsi Makanan Haji Rp 255 M, Serahkan 3 Nama Terduga Pelaku
VIRAL Aksi Penghapusan Mural One Piece di Sragen, TNI Klaim Sukarela Tapi Kok Dikawal dan Diawasi?
Pengibar Bendera One Piece Diburu Aparat, Soleh Solihun: Kalau Bendera Ormas sama Parpol Boleh
Fantastis! Dilaporkan Tom Lembong, Lonjakan Harta Kekayaan Hakim Dennie Arsan Fatrika Jadi Sorotan