"Dalam komunikasi tersebut, Pengadu meminta tolong kepada Teradu agar pada saat kunjungan ke Belanda membawakan barang Pengadu yang ketinggalan di Jakarta. Kemudian Teradu menyanggupi permintaan Pengadu dan mengirimkan daftar barang titipan Pengadu," sambungnya menjelaskan.
Dewi menyebutkan, dalam chat tersebut Hasyim mengirimkan daftar barang-barang CAT yang tertinggal saat kunjungan ke Jakarta. Namun, ada salah satu isi pesannya yang bernada pelecehan verbal.
"Terhadap pesan tersebut, Pengadu menanyakan apa yang dimaksud dengan 'CD'. Padahal barang tersebut tidak termasuk barang yang dititipkan oleh Pengadu. Teradu menjawab dengan nada bercanda: 'Ohw maaf keselip hahaha'," ungkap Dewi.
"Isi chat Teradu yang menuliskan 'CD' yang diakui dalam sidang pemeriksaan adalah 'Celana Dalam', menurut DKPP tidak patut dibicarakan mengingat status Teradu merupakan atasan dari Pengadu, dan Teradu sudah berkeluarga," tambahnya.
Di samping itu, berkenaan dengan dalil aduan CAT yang menyebut Hasyim memaksa melakukan hubungan badan ketika bertemu di sela-sela acara Bimtek PPLN Belanda, DKPP mendapat fakta dalam sidang pemeriksaan bahwa Hasyim dan CAT menginap di Van Der Valk Hotel Amsterdam, Belanda.
"Bahwa dalam sidang pemeriksaan Pengadu mengaku pada malam hari 3 Oktober 2023 Pengadu dihubungi Teradu untuk datang ke kamar hotel Teradu. kemudian Pengadu datang ke kamar hotel Teradu dan berbincang di ruang tamu kamar Teradu," beber Dewi.
Tak cuma mengobrol, lanjut Dewi menjelaskan, Hasyim ternyata berupaya membujuk CAT untuk mau melayaninya dalam kegiatan intim seperti suami dan istri.
"Dalam perbincangan tersebut Teradu membujuk Pengadu untuk melakukan hubungan badan. Pada awalnya Pengadu terus menolak, tapi Teradu terus memaksa Pengadu untuk melakukan hubungan badan. Pada akhirnya hubungan badan itu terjadi," tandas Dewi.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Dominasi Dasco di DPR RI: Analisis Jaringan Kabinda, Adidas, dan Dampaknya bagi Demokrasi
KSPI Tolak UMP 2026: Rencana Gugatan ke PTUN & Aksi Massa 29-30 Desember
Pengibaran Bendera Aceh di Lhokseumawe Bukan Subversif, Ini Penjelasan Pakar Hukum
Dokter Tifa Soroti Paparan Bareskrim: Ijazah Jokowi dan Sinyal Usut Koran KR?