Dalam pernyataannya, Roy Suryo menyebut bahwa Times New Roman baru muncul di perangkat komputer pada tahun 1992, seiring dengan kehadiran printer laser dan sistem operasi modern.
Namun pernyataan ini tampaknya merujuk pada distribusi digital Times New Roman, bukan pada eksistensi font itu sendiri yang sudah hampir satu abad dikenal dalam dunia cetak konvensional.
"Kalau diteliti, font itu jauh mendahului jamannya. Ini tidak ada di tahun 85 dengan font semacam ini," ujar Roy.
Ia menambahkan, jenis mesin ketik dan printer saat itu belum memungkinkan penggunaan font seperti yang terlihat di ijazah Jokowi.
Namun demikian, sejarah tipografi membantah klaim tersebut. Times New Roman tidak hanya tersedia di tahun 1985, tapi bahkan sudah digunakan luas dalam dokumen resmi, buku, dan surat kabar sejak awal 1930-an.
Artinya, tidak ada yang janggal jika sebuah dokumen akademik dari tahun 1985 menggunakan font tersebut—baik dalam bentuk hasil ketikan mesin maupun hasil cetak profesional.
Perdebatan mengenai perbedaan font ini menjadi bagian dari upaya Roy Suryo membandingkan ijazah Jokowi dengan dokumen miliknya yang juga berasal dari UGM.
Namun argumen soal keberadaan Times New Roman terbantahkan oleh sejarah panjang font tersebut yang sudah melampaui banyak generasi.
Sumber: Sawitku
Artikel Terkait
Gerindra Bongkar Motif Dino Patti Djalal Kritik Menlu Sugiono: Keluh Kesah Pribadi, Bukan Kritik Diplomasi
Survei Kepuasan Publik: MBG Jadi Wajah & Capaian Terbaik Pemerintahan Prabowo
Dominasi Dasco di DPR RI: Analisis Jaringan Kabinda, Adidas, dan Dampaknya bagi Demokrasi
KSPI Tolak UMP 2026: Rencana Gugatan ke PTUN & Aksi Massa 29-30 Desember