"Prabowo memiliki dua pilihan: menjadi tameng bagi Jokowi atau mati bersama rakyat untuk melawan Jokowi," ucap Ginting dengan tajam.
Pilihan ini bukan sekadar retorika politik, melainkan sebuah pertaruhan yang akan menentukan warisan kepemimpinan Prabowo.
Di satu sisi, melunasi "utang politik" dengan melindungi Jokowi dan lingkarannya.
Di sisi lain, mengambil risiko besar dengan memihak suara rakyat yang menuntut keadilan, sekalipun harus berhadapan dengan kekuatan rezim sebelumnya.
Ginting bahkan memperingatkan adanya potensi sabotase dari dalam.
"Presiden Prabowo harus membuka mata terhadap operasi garis dalam yang dilakukan Jokowi yang sudah masuk ke lingkaran istana," katanya.
Ini adalah sinyal bahaya bahwa pengaruh dan kendali dari pemerintahan lama masih bercokol kuat, siap menghalangi setiap langkah Prabowo yang dianggap tidak sejalan.
Kegagalan Prabowo untuk melepaskan diri dari bayang-bayang ini akan berakibat fatal.
Agenda pemerintahannya terancam lumpuh, karena satu isu ini telah menyedot seluruh perhatian publik.
"Isu ijazah palsu menutupi agenda-agenda pemerintahan Prabowo lainnya," jelas Ginting.
Dampaknya sudah terasa di akar rumput.
Menurut Ginting, masyarakat "tidak lagi peduli dengan agenda pemerintahan dan masalah lain seperti banjir karena fokus pada isu ijazah".
Kini, bola panas ada di tangan Prabowo.
Sikapnya dalam beberapa waktu ke depan akan menjadi jawaban, apakah Indonesia akan melangkah menuju babak baru demokrasi atau terperosok lebih dalam ke jurang krisis sosial.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Dokter Tifa Klaim Ijazah Jokowi di Polda Metro Berbeda 100% dengan Bareskrim
Yenny Wahid Ungkap Menteri Ngotot Kasih Izin Tambang ke NU, Ini Motif Politiknya
Jimly Asshiddiqie: Hanya 3 Pihak Ini yang Berwenang Batalkan Perpol 10/2025
Mahfud MD: Kalau MK Rusak, Saya Dobrak dari Dalam - Tegaskan Komitmen Jaga Integritas