Pelaku pasar mulai meragukan arah kebijakan bank sentral AS setelah The Fed memangkas suku bunga acuan 25 basis points pekan lalu. The Fed memberi sinyal tidak akan ada lagi pemotongan suku bunga di akhir tahun, dengan Gubernur Jerome Powell menegaskan bahwa pemangkasan berikutnya "bukan sesuatu yang pasti."
Peluang Historis di Bulan November
Berdasarkan data Stock Trader's Almanac, November secara historis menjadi bulan terbaik bagi S&P 500 dengan rata-rata kenaikan 1,87% sejak 1950. Truist Advisory Services juga mencatat bahwa dalam 21 kasus ketika S&P 500 naik minimal 15% dalam 10 bulan pertama tahun, indeks hampir selalu menguat pada dua bulan terakhir.
Kinerja Emiten dan Volatilitas Pasar
Hingga Rabu lalu, 44% perusahaan S&P 500 telah melaporkan kinerja dengan 83% di antaranya melampaui ekspektasi menurut Ned Davis Research. Namun, volatilitas tetap muncul dengan saham Meta Platforms dan Microsoft yang anjlok karena peningkatan belanja AI, sementara Alphabet dan Amazon justru menguat berkat pendanaan yang sehat dan pertumbuhan bisnis cloud yang kuat.
Peran Data Alternatif di Tengah Shutdown
Pasar kini bergantung pada data alternatif seperti laporan tenaga kerja ADP dan survei sentimen konsumen University of Michigan mengingat shutdown pemerintah AS sejak 1 Oktober. Kourkafas menekankan bahwa sumber data alternatif semakin penting untuk membantu The Fed mengkalibrasi kebijakan suku bunga di tengah kekosongan data resmi.
Artikel Terkait
Menkeu Purbaya Bahas Perkembangan Ekonomi dan Anggaran dalam Rapat dengan DPD RI
BEI dan S&P Dow Jones Luncurkan 3 Indeks Baru: Solusi Investasi ESG, Syariah, dan Dividen
Update Harga Bahan Pokok Hari Ini 3 November 2025: Cabai & Minyak Goreng Naik, Beras Medium Ikut Melonjak
Teuku Faisal Fathani Dilantik Jadi Kepala BMKG, Ini Harapan Menhub untuk Nataru & Lebaran 2026