Badan Gizi Nasional (BGN) sebagai pelaksana program beralasan bahwa kebutuhan gizi anak tidak mengenal kalender akademik. Pemerintah menegaskan MBG tetap penting untuk meringankan beban keluarga sekaligus menjaga asupan nutrisi anak di rumah.
Di lapangan, paket yang dibagikan bervariasi, seperti di Kabupaten Langkat yang berisi susu, buah, dan kurma dengan porsi berbeda per jenjang kelas.
Ahli Gizi Ingatkan Keterbatasan Makanan Kemasan
Para ahli gizi mengingatkan bahwa makanan kemasan memiliki keterbatasan dalam memenuhi nutrisi seimbang. Asupan protein segar, serat, dan mikronutrien sering kali tidak optimal dari produk siap konsumsi.
Tantangan dan Masa Depan Program MBG
Kebijakan ini menjadikan pemerintah di posisi dilematis. Di satu sisi ingin menjamin hak gizi, di sisi lain pelaksanaan yang kurang adaptif berisiko menurunkan kepercayaan publik.
Ke depan, pemerintah dituntut untuk meningkatkan transparansi anggaran, evaluasi menu, dan pengawasan distribusi. Kritik dari DPR harus menjadi alarm perbaikan agar MBG benar-benar menjadi investasi kualitas SDM Indonesia, bukan sekadar program administratif.
Tanpa perbaikan mendasar, program berbiaya besar ini berisiko kehilangan esensi dan kepercayaan dari masyarakat yang menjadi sasarannya.
Artikel Terkait
Uang Sitaan Rp66 Triliun Kejagung: Asal Usul dan Rencana Prabowo untuk Renovasi Sekolah & Rumah Korban Bencana
Prabowo Siap Mati untuk Rakyat: Pernyataan dan Makna Pengabdiannya
Viral Gelagat Ridwan Kamil di Panggung Bersama Aura Kasih dan Atalia, Netizen Soroti Sikapnya
Cara Cek Status Bansos 2024: Panduan Lengkap, Syarat, dan Solusi Jika Tidak Cair