Menutup Isu Rakyat: Pagar Laut, Gas Melon, Danantara dan Oplosan Pertamax, Siapa Bermain di Balik Semua Narasi?

- Sabtu, 01 Maret 2025 | 07:35 WIB
Menutup Isu Rakyat: Pagar Laut, Gas Melon, Danantara dan Oplosan Pertamax, Siapa Bermain di Balik Semua Narasi?

Tapi isu danantara jadi polemik berkepanjangan ini menjadikan muncul kasus baru BMM oplosan Pertamax.


Publik menjadi lebih sibuk membahas bahaya oplosan Pertamax daripada mempertanyakan apa yang terjadi dengan proyek pagar laut lagi. 


Meski tim yang menentang PSN masih terus bergerak. Said Didu, Gufroni, Ahmad Khozinuddin, dan lainnya.


Membentuk Persepsi Bahwa Isu Awal Tidak Lagi Relevan jika kekuasaan terus urus ini nampaknya akan cape. Akibatnya nanti publik makin distrust. 


Meski akhirnya dengan membanjiri media dengan isu gas melon, pagar laut perlahan dianggap sebagai “berita lama” yang sudah tidak menarik untuk dibahas. Tapi baiknya negara seharusnya Menjaga Transparansi, Bukan Menutup Isu.


Sebagai pemangku kepentingan utama, negara seharusnya: Menjamin keterbukaan informasi tentang proyek pagar laut, termasuk dampaknya terhadap lingkungan dan ekonomi rakyat. 


Tidak membiarkan media menjadi alat propaganda yang hanya mengangkat isu-isu tertentu demi mengalihkan perhatian publik.


Memberikan penjelasan transparan mengenai kebijakan gas melon, bukan justru membiarkan spekulasi berkembang liar. 


Menghormati kebebasan pers agar media dapat berfungsi sebagai kontrol sosial, bukan sekadar corong kekuasaan.


Perlawanan Publik: Jangan Terjebak dalam Narasi yang Dibentuk, ketika media dipenuhi oleh isu gas melon dan gas oplosan, masyarakat harus lebih kritis dalam membaca situasi. 


Beberapa langkah yang bisa dilakukan: Tetap Fokus pada Isu Utama, Jangan langsung terdistraksi oleh isu baru. 


Tanyakan apakah ada kaitannya dengan isu yang sebelumnya mengemuka. 


Memantau Konsistensi Pemberitaan Apakah media masih membahas pagar laut? 


Jika tidak, mengapa tiba-tiba hilang? Memanfaatkan Media Independen karena saat ini media jarang yang bersiakap indenpeden, apalagi seperti sudah ada intruksi.


Media arus utama cenderung mengabaikan suatu isu, carilah sumber lain yang lebih independen.


Harunya menekan Pemerintah untuk Transparan, Jangan biarkan kebijakan dibuat tanpa pengawasan publik. Suara masyarakat harus tetap terdengar.


Akhirnya fenomena yang terjadi dalam isu pagar laut dan gas melon menunjukkan bagaimana komunikasi massa bisa digunakan sebagai alat untuk mengontrol perhatian publik. 


Apa yang seharusnya menjadi perdebatan tentang kebijakan besar justru ditutupi oleh isu yang lebih dekat dengan keseharian, tetapi belum tentu lebih mendesak.


Jika kita tidak lebih kritis, pola seperti ini akan terus berulang: setiap ada isu yang mengancam kepentingan tertentu, akan selalu ada isu baru yang dimunculkan untuk menutupinya.


Pertanyaannya, apakah kita akan terus terjebak dalam permainan ini? Atau kita akan mulai membuka mata dan mempertanyakan siapa yang sebenarnya mengendalikan narasi?


Menutup Isu Rakyat: Pagar Laut, Gas Melon, dan Danantara dan Oplosan Pertamax, sebenarnya tak begitu baik dan elok. ***

Halaman:

Komentar