Yang ada hanya lembaran kaku dan pengakuan yang disodorkan, seolah mencoba menambal sesuatu yang bolong dalam memori publik.
Ada yang janggal. Sebab dalam budaya akademik—apalagi di perguruan tinggi ternama macam UGM—kenangan akan teman sekelas lazimnya bukan soal ijazah, tapi soal interaksi.
Ijazah adalah hasil administratif, tetapi pertemanan adalah pengalaman eksistensial. Jika pengalaman itu tak ada, dokumen setebal apa pun tak bisa menambalnya.
Anies dan kawan-kawannya tak sibuk membuktikan. Mereka cukup hadir. Dalam diam mereka menyodorkan bukti paling otentik: kehadiran sebagai kenangan.
Mereka menertawakan hal-hal yang tak bisa dipalsukan—seperti dosen yang galak, ruangan panas tanpa AC, hingga kecemasan menghadapi nilai statistik.
Sementara itu, keramaian di luar sana menjadi panggung untuk parade dokumen.
Seolah ijazah lebih penting dari jejak. Seolah keabsahan seseorang ditentukan oleh surat, bukan oleh keterlibatan nyata dalam ruang kelas.
Ironisnya, di era digital yang menuntut transparansi, justru sang presiden yang semestinya paling mudah mengakses dokumen pribadinya, memilih diam.
Yang bergerak adalah orang-orang di sekitarnya. Yang tampil adalah klaim, bukan kenangan.
Dua potret ini memperlihatkan dua dunia. Yang satu lahir dari kedalaman interaksi dan sejarah bersama. Yang lain muncul dari upaya membangun legitimasi lewat benda mati.
Anies tak perlu menunjukkan ijazah. Ia hadir dalam narasi yang hidup. Ia adalah bagian dari sebuah angkatan, bukan sekadar angka dalam arsip.
Sedangkan sosok lain—yang tak kunjung menampakkan kehadiran organik dalam komunitasnya sendiri—terus dihantui oleh pertanyaan: apakah ia benar-benar pernah ada di kelas itu?
Seperti kata pepatah lama Jawa, yen ono, mesthi ono tilase.
Kalau pernah ada, pasti ada jejaknya. Dan jejak paling kuat adalah kenangan orang-orang yang benar-benar pernah bersama. ***
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Fakta Gadai Mobil Pajero untuk Selamatkan Bilqis dari Suku Anak Dalam
Menteri Keuangan Purbaya Ungkap Modus Pencatutan Harga Impor: Barang Rp 45 Juta Dicatat Cuma Rp100 Ribu
Oknum Brimob Aniaya Mantan Pacar di Binjai: Kronologi & Proses Hukum Terbaru
Wamenag Zainut Tauhid Saadi Minta Gus Elham Hentikan Aksi Cium Anak Perempuan yang Viral