Ia memprediksi, jika AHY tetap nekat bersaing, ia hanya akan berakhir sakit hati karena popularitasnya masih sangat jauh di bawah Gibran.
Analisisnya didasarkan pada perbandingan "modal politik" kedua figur.
Jika AHY unggul dalam kualifikasi formal, maka Gibran, menurut Mulahati, unggul dalam modal sosial.
Gibran dinilai memiliki dukungan tulus dari masyarakat akar rumput yang menginginkan pemimpin yang dekat dan tanpa jarak, sebuah gaya yang diwarisi dari ayahnya, Joko Widodo.
Mulahati juga mengungkit pengalaman AHY di Pilpres 2024, di mana ia ditinggalkan oleh Anies Baswedan yang lebih memilih Muhaimin Iskandar sebagai cawapres.
“Di mata Anis aja AHY tidak punya nilai, apalagi sekarang,” sindirnya. Dengan analisis ini, ia menyimpulkan bahwa setiap upaya AHY untuk menandingi Gibran di 2029 akan berakhir dengan kekecewaan.
Sumber: Konteks
Artikel Terkait
Polisi Umumkan Hasil Kasus Laporan Jokowi soal Dugaan Fitnah Ijazah Palsu Roy Suryo
Politik Diam Purbaya Yudhi Sadewa: Makna & Integritas di Balik Isu Utang Whoosh
Polemik Pakubuwono XIV: Prosesi Dinilai Terlalu Dini, Muncul Penolakan Internal
Demo Buruh Kasbi di DPR: 10 Tuntutan Utama & Tuntut UU Pro Pekerja