CrowdStrike mengatakan kepada pelanggan pada Jumat pagi bahwa pemadaman tersebut disebabkan oleh kerusakan yang ditemukan dalam satu pembaruan konten perangkat lunaknya pada sistem operasi Microsoft Windows, menurut postingan di X dari CEO George Kurtz sebagaimana dikutip CNN.
Insinyur perusahaan mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut, menurut sebuah dokumen yang dilihat oleh CNN, dengan meminta pelanggan untuk me-reboot komputer mereka dan melakukan tindakan lain jika mereka masih mengalami masalah teknis.
Masalah ini khususnya terjadi pada Falcon, salah satu produk perangkat lunak utama CrowdStrike, dan tidak berdampak pada sistem operasi Mac atau Linux, menurut dokumen tersebut.
Perangkat lunak keamanan siber CrowdStrike — yang digunakan oleh banyak perusahaan Fortune 500 — mendeteksi dan memblokir ancaman peretasan. Seperti produk keamanan siber lainnya, perangkat lunak ini memerlukan akses mendalam ke sistem operasi komputer untuk memindai ancaman tersebut.
Dalam kasus ini, komputer yang menjalankan Microsoft Windows tampaknya mogok karena kesalahan pembaruan kode perangkat lunak yang dikeluarkan oleh CrowdStrike dalam berinteraksi dengan sistem Windows.
Artikel Terkait
Kerangka Manusia Kwitang: Polda Metro Jaya Ambil Alih Penyidikan, Ini Update DNA Terbaru
Hutama Karya KSO Borong Proyek Jalan Papua Rp 4,8 Triliun, Target Rampung 2027
Zohran Mamdani Kuliah di Bowdoin College: Profil dan Pendidikan Calon Wali Kota New York
Kasus 2 Kerangka di Kwitang Diambil Alih Ditreskrimum, Polisi Tunggu Hasil DNA