Nomor seri ijazah Jokowi juga tak luput disangsikan keasliannya dengan disebut tak menggunakan klaster namun hanya angka saja.
Sigit menjelaskan penomoran ijazah di masa itu, Fakultas Kehutanan memiliki kebijakan sendiri. Saat itu belum ada penyeragaman dari tingkat universitas.
Penomoran seperti itu juga ada di semua ijazah lulusan Fakultas Kehutanan.
"Nomor tersebut berdasarkan urutan nomor induk mahasiswa yang diluluskan dan ditambahkan FKT, singkatan dari nama fakultas," ujar dia.
"Perlu diketahui ijazah dan skripsi dari Joko Widodo adalah asli. Ia pernah kuliah di sini, teman satu angkatan beliau mengenal baik beliau, beliau aktif di kegiatan mahasiswa (Silvagama), beliau tercatat menempuh banyak mata kuliah, mengerjakan skripsi, sehingga ijazahnya pun dikeluarkan oleh UGM adalah asli," katanya.
Kata Eks Ketua Senat Fakultas Kehutanan
Ketua Senat Fakultas Kehutanan, San Afri Awang, punya pengalaman sendiri soal penggunaan font Times New Roman di sampul skripsi.
"Saya masih ingat waktu saya buat cover (skripsi), lari ke Prima. Di zaman itu sudah ada tempat cetak sampul yang terkenal, Prima dan Sanur. Soal diketik pakai mesin komputer, jangan heran di sekitar UGM juga sudah ada jasa pengetikan menggunakan komputer IBM PC. Saya sempat pakai buat mengolah data statistik," kata San Afri yang merupakan kakak angkatan Jokowi.
Namun, kata San Afri, tak semua mahasiswa Fakultas Kehutanan waktu itu mencetak sampul di jasa percetakan.
Ada yang memilih sampul dan lembar pengesahan dicetak menggunakan tulisan dari mesin ketik.
"Kawan saya yang secara ekonomi tidak mampu, banyak yang membuat lembar sampul dan pengesahan dengan mesin ketik," katanya.
Selama ini, Jokowi diketahui masuk Fakultas Kehutanan UGM tahun 1980 dan lulus tahun 1985.
Sumber: Kumparan
                        
                                
                                            
                                            
                                            
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
Artikel Terkait
Prof Henri Subiakto Kritik Jokowi: Rekayasa Pencalonan Gibran Cawapres Hingga Kontroversi
Wacana Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto: DPR Hormati tapi Minta Kajian Mendalam
Dugaan Pembengkakan Anggaran Proyek Kereta Cepat Whoosh: Kerugian Negara Capai 4,5 Miliar Dolar
Prabowo Tegaskan Kereta Cepat Whoosh Tak Bermasalah, Ini Faktanya