Calon bintang satu. Salah satu yang mereka pilih adalah Jokowi.
"Bahwa mengapa mereka memilih Jokowi tentu urusan mereka. Mungkin tidak sampai mempertimbangkan apakah yang seperti itu sensitif atau tidak," kata Dahlan.
Jurnalis senior itu menyebut, tidak ada aturan boleh atau tidak boleh para calon perwira itu menemui Jokowi.
"Mungkin lebih ke bijaksana atau tidak bijaksana. Kita belum bisa menilai. Kita tidak tahu apa yang diinginkan dari Jokowi. Apa pula yang dikemukakannya," sambungnya.
"Siapa tahu Jokowi justru berpesan: lakukan reformasi di kepolisian. Jangan-jangan Jokowi justru minta: "lakukan apa yang belum sempat saya lakukan. Yakni reformasi di tubuh polri". Asyik kan?," cetus Dahlan.
Sementara itu, pengamat politik, Adi Prayitno beranggapan pertemuan para calon perwira polisi dengan Jokowi jangan buru-buru dinilai bahwa ada matahari kembar.
"Jika ada berita begini, jangan buru-buru berkesimpulan ada matahari kembar. Atau apalah. Jangan bikin gaduh," ujar Adi di X @Adiprayitno_20.
"Ini cuma silaturahmi biasa," lanjut Adi.
Analis dari UIN Syarif Hidayatullah itu mengatakan, bertemu dengan tokoh bangsa adalah tradisi baik, bukan dimaknai secara politis.
"Jangan politisasi silaturahmi. Bertemu tokoh bangsa, tradisi bagus," imbuhnya.
Sumber: Fajar
Artikel Terkait
Dominasi Dasco di DPR RI: Analisis Jaringan Kabinda, Adidas, dan Dampaknya bagi Demokrasi
KSPI Tolak UMP 2026: Rencana Gugatan ke PTUN & Aksi Massa 29-30 Desember
Pengibaran Bendera Aceh di Lhokseumawe Bukan Subversif, Ini Penjelasan Pakar Hukum
Dokter Tifa Soroti Paparan Bareskrim: Ijazah Jokowi dan Sinyal Usut Koran KR?