Berdasarkan pantauan media Sabtu (23/12/2024), pengamat politik Universitas Jember Dr Muhammad Iqbal menilai, Gibran lebih siap dalam debat dibandingkan Muhaimin dan Mahfud, namun pernyataannya masih sarat problematik.
Kemudian pengamat pengamat ekonomi Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq (UIN KHAS) Muhammad Fauzinudin Faiz menilai ketiga Cawapres masih kurang memaparkan kedalaman analisis dan solusi praktis dalam argumen-nya.
"Terpenting dikritisi adalah semua retorika dan gaya debat Gibran terlihat memang lebih siap daripada Muhaimin dan Mahfud, tetapi semua substansi-nya sangat problematik, karena retorika-nya sarat informasi kebijakan yang distortif," kata Dr Muhammad Iqbal dalam keterangan tertulisnya.
Pengajar di FISIP Unej itu menilai justru substansi gagasan Muihaimin memang paling terukur dan realistis, sedangkan Mahfud masih sangat normatif.
"Gibran sepertinya menyiapkan diri dengan misi terkesan hanya untuk mempermalukan lawan debat. Terpenting lagi, hampir semua substansi argumen yang dilontarkan sesungguhnya sarat problematik dan distortif," ucapnya.
Iqbal memberikan contoh pernyataan pasangan Prabowo Subianto itu menyebutkan bahwa menyiapkan anak muda menjadi ahli ekonomi digital dalam hal kripto dan block chain.
Hilirisasi nikel dan sektor mineral, serta tambang tanpa menjelaskan asas pemerataan dan keadilan dengan parameter terukur dan partisipatif, sehingga implikasinya bisa serius ketika 2045, sektor lingkungan alam Indonesia mungkin sudah tinggal sisa keropos tanpa jaminan keadilan sosial yang pasti.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: suarakarya.id
Artikel Terkait
Roy Suryo Ungkap Fakta Dumatno, Sosok di Foto Ijazah Jokowi yang Ternyata Sepupu dan Komisaris
Klaim Bombshell Rustam Effendi: Anak Dumatno Akui Foto di Ijazah Jokowi adalah Ayahnya
Polda Sumbar Dituding Lamban Tangani Tambang Ilegal di Solok, MAI Ancam Laporkan ke Pusat
Komisi VIII DPR Dukung Teguran Keras PBNU ke Gus Elham Yahya, Sebut Perilaku Tak Pantas