Saran Menohok Rocky Gerung Untuk Gibran: Urus Brain Care di Papua, Bukan Cuma Skincare!

- Sabtu, 12 Juli 2025 | 10:05 WIB
Saran Menohok Rocky Gerung Untuk Gibran: Urus Brain Care di Papua, Bukan Cuma Skincare!


Ia mengusulkan agar Gibran mempertimbangkan untuk tinggal dan belajar di Papua hingga pemilihan berikutnya.


"Dia bisa magang di Papua sampai 2029 dan belajar banyak hal di sana, termasuk soal food estate," katanya, menyentil salah satu program strategis pemerintah yang penuh kontroversi.


Saran "magang" ini menjadi simbol kritik terhadap politisi yang kerap melakukan kunjungan singkat hanya untuk pencitraan. 


Rocky Gerung mendorong Gibran untuk membuktikan kapasitasnya dengan terjun langsung, merasakan denyut nadi masalah, dan mencari solusi dari lapangan, bukan hanya dari laporan staf.


Kerugian di Pihak Gibran dan Sindiran 'Brain Care vs Skincare'


Pembatalan rencana Gibran mengunjungi Papua beberapa waktu lalu dinilai Rocky sebagai sebuah kerugian besar. 


Bukan bagi Papua, melainkan bagi Gibran sendiri yang kehilangan kesempatan emas untuk belajar dan bertumbuh secara politik.


"Pembatalan rencana Gibran ke Papua itu merugikan Gibran sendiri karena kehilangan kesempatan belajar," ujarnya.


Puncak dari kritiknya adalah perbandingan menohok antara substansi dan penampilan. 


Rocky Gerung menyarankan Gibran untuk mengubah prioritasnya, dari aktivitas yang berfokus pada citra menjadi upaya serius untuk memperkaya wawasan dan intelektualitas.


"Saya sarankan Gibran untuk fokus belajar di Papua daripada kembali ke Jakarta dan melakukan hal-hal seperti bagi-bagi skincare, karena yang dibutuhkan adalah 'brain care'," pungkas Rocky Gerung.


Pernyataan ini secara langsung menyindir kegiatan Gibran yang belum lama ini membagikan produk kecantikan kepada publik. 


Bagi Rocky, seorang calon pemimpin besar seharusnya disibukkan dengan "perawatan otak", membaca, berdiskusi, dan memahami isu-isu fundamental, bukan terjebak dalam politik pencitraan yang dangkal.


Kritik ini menjadi pengingat keras bahwa jalan menuju kepemimpinan nasional menuntut lebih dari sekadar popularitas dan logistik, melainkan kedalaman intelektual dan pemahaman otentik terhadap persoalan bangsa.


Sumber: Suara

Halaman:

Komentar