Pandangan lebih tajam datang dari Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah.
Menurutnya, insiden ini menunjukkan gestur politik Gibran yang terkesan tidak membaur.
"Gibran secara mental memang tidak siap memimpin, gesture politiknya terkesan tidak membaur dengan seluruh anggota kabinet," kata Dedi.
Ia menambahkan bahwa peristiwa ini berisiko mengganggu harmoni antar elit di pemerintahan.
"Insiden Gibran melewati Zulkifli Hasan, Bahlil, Muhaimin hingga AHY tanpa ramah tamah menandai relasinya di kabinet tidak kuat, utamanya dengan tokoh-tokoh yang berseberangan dengan Jokowi dan dirinya," ujar Dedi.
Pengamat politik Rocky Gerung turut memberikan analisisnya.
Menurutnya, insiden ini seolah mengonfirmasi bahwa peran Gibran sebagai wakil presiden banyak diambil alih oleh AHY, yang kini semakin sering tampil di panggung utama pemerintahan.
Rocky menyoroti beberapa momen kenegaraan di mana AHY tampil mewakili negara, sebuah tugas yang lazimnya diemban oleh wakil presiden.
“Kita tidak melihat lagi Gibran itu menonjol dalam koordinasi komunikasi politik beliau (Prabowo),” kata Rocky.
Detik-detik gibran tidak menyalami AHY
Ada apa?
Bandung 10 Agustus 2025 pic.twitter.com/mNIOVCEg2e
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Dominasi Dasco di DPR RI: Analisis Jaringan Kabinda, Adidas, dan Dampaknya bagi Demokrasi
KSPI Tolak UMP 2026: Rencana Gugatan ke PTUN & Aksi Massa 29-30 Desember
Pengibaran Bendera Aceh di Lhokseumawe Bukan Subversif, Ini Penjelasan Pakar Hukum
Dokter Tifa Soroti Paparan Bareskrim: Ijazah Jokowi dan Sinyal Usut Koran KR?