Alih-alih mendapat kecaman, pernyataan Rusia justru banyak diapresiasi publik global yang menilai sudah waktunya narasi dominan dipertanyakan.
Di media sosial, tagar-tagar seputar Israel dan nuklir mendadak ramai, menandakan ada keresahan yang selama ini terpendam.
Publik mulai mempertanyakan mengapa satu negara bisa bebas dari aturan yang begitu ketat diberlakukan pada negara lain.
Langkah Rusia ini juga dianggap sebagai bentuk perlawanan terhadap hegemoni narasi yang selama ini dikendalikan oleh blok Barat.
Meski tidak sedikit yang menuduh Rusia punya kepentingan sendiri dalam menyerang Israel, momen ini tetap dinilai penting dalam membuka ruang dialog baru.
Isu nuklir Israel selama ini seolah tabu untuk dibahas secara terbuka, namun situasi di PBB kali ini membuktikan bahwa batas itu mulai digeser.
Kini, perhatian dunia tertuju pada apakah PBB dan komunitas internasional akan menanggapi kritik ini secara serius atau justru kembali membungkam isu tersebut.
Apapun yang terjadi selanjutnya, insiden ini telah menjadi penanda penting bahwa dunia tak lagi mudah menerima narasi tunggal tanpa pertanyaan.
Ketika forum internasional mulai terbuka untuk kritik seperti ini, harapan untuk terciptanya keseimbangan diplomasi global semakin terbuka.
Dan mungkin, ini adalah awal dari babak baru dalam sejarah kebijakan nuklir internasional yang lebih transparan dan setara.
Sumber: HukamaNews
Artikel Terkait
Tentara Cadangan Israel Diberhentikan Usai Tabrak Warga Palestina yang Sedang Shalat: Kronologi & Respons IDF
Najib Razak Dituntut 20 Tahun Penjara & Denda Rp 46 Miliar: Kronologi Skandal 1MDB
Nabi Ghana Ebo Enoch Batalkan Kiamat, Beli Mercedes-Benz dari Dana Sumbangan Jemaat?
China Dukung Indonesia Jadi Presiden Dewan HAM PBB 2026: Analisis & Implikasi