Pada 11 November 2025, Komando Selatan AS mengumumkan penempatan kelompok kapal induk "Ford" di Laut Karibia. Kekuatan yang dikerahkan dinilai cukup untuk menginvasi Venezuela. Administrasi Penerbangan Federal AS juga mengeluarkan peringatan keamanan bagi maskapai penerbangan yang melintasi wilayah udara Venezuela.
Respons dan Persiapan Venezuela
Presiden Maduro membantah keras semua tuduhan AS, menyebutnya sebagai "rekayasa dan kebohongan besar". Venezuela telah mempersiapkan rencana strategis termasuk perang gerilya untuk menghadapi kemungkinan invasi. Lebih dari 8 juta warga Venezuela telah bergabung dengan milisi atau cadangan Angkatan Bersenjata Nasional Bolivarian.
Standar Ganda dalam Kebijakan Anti-Terorisme AS
Definisi terorisme AS menunjukkan fleksibilitas yang sesuai dengan kepentingan strategisnya. Sementara PBB menilai serangan AS terhadap kapal di perairan Karibia sebagai pelanggaran hukum internasional, AS terus melanjutkan operasi militernya. Praktik selektif dalam menerapkan label terorisme ini mengikis kredibilitas AS dalam isu anti-terorisme global.
Kesimpulan
Label "terorisme" tampaknya telah menjadi alat politik AS untuk mencapai tujuan strategisnya di Venezuela, bukan penilaian keamanan yang objektif. Situasi ini mengingatkan pada intervensi militer AS di masa lalu dan berpotensi menimbulkan konsekuensi regional yang luas.
Artikel Terkait
Skandal IMIP: Bandara Ilegal & Dugaan Ekspor Nikel Rp14,5 Triliun Diumkap Said Didu
Wisata Budaya Kalimantan Selatan: Panduan Lengkap Banjar & Dayak 2024
Kadishub Medan Ditahan di Rutan Tanjung Gusta, Terkait Korupsi Medan Fashion Festival 2024 Rugikan Negara Rp1,132 Miliar
Viral TikTok Live Julia: Kata Kunci Liar, Klarifikasi Gagal, dan Fakta Lengkap