Silaturahmi di Solo bisa dibaca sebagai strategi untuk membentuk loyalitas baru di kalangan aparat.
Mereka yang kelak akan memegang peran penting di tubuh kepolisian—perwira dengan jabatan strategis—mulai “disemai” untuk tumbuh dalam atmosfer loyalitas personal, bukan loyalitas pada institusi atau negara hukum.
Jokowi paham bahwa pasca 2024, ia butuh tameng politik. Dan tameng itu tidak hanya dari partai, tapi juga dari institusi penegak hukum.
Maka bersahabat dengan calon-calon jenderal adalah langkah jangka panjang untuk mempertahankan pengaruh.
Apalagi dalam situasi saat ini, ketika publik tengah menyoroti keterlibatan keluarganya dalam politik elektoral dan dugaan penyalahgunaan kekuasaan.
Ini bukan sekadar pertemuan. Ini adalah komunikasi simbolik. Ada pesan yang sedang dibangun: bahwa Jokowi ingin tetap hadir dalam setiap percakapan politik bangsa, bahkan ketika ia sudah tak lagi menjadi presiden.
Dan jika hari ini para peserta Sespimmen datang ke Solo, maka jangan heran jika kelak mereka akan menjadi bagian dari jejaring loyalitas politik yang terselubung.
Sebuah struktur tak resmi yang jauh lebih kuat dari sistem hukum itu sendiri: jejaring balas budi.
Maka benar, datang ke Cikeas bisa difahami. Tapi datang ke Solo—di saat bangsa sedang menghadapi krisis integritas dan kepercayaan publik—harus dibaca sebagai manuver politik, bukan silaturahmi biasa.
Di balik kesan sederhana rumah Jokowi, sedang disusun arsitektur kekuasaan baru yang tak kalah kompleks dari Istana Negara. Dan di sana, loyalitas sedang ditukar dengan legitimasi.
***
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Chiko Raditya Ditahan, Tersangka Kasus Video Syur AI Siswi SMAN 11 Semarang: Kronologi & Ancaman Hukuman
Viral! PBNU Kecam Keras Gus Elham, Tegaskan Dakwah Harus Jaga Martabat
Mahfud MD Tegaskan Tak Pernah Sebut Ijazah Jokowi Asli atau Palsu
Cara Menulis Artikel SEO yang Efektif: Panduan Lengkap untuk Pemula