“Ah, mungkin kesan Islamnya dapat. Tapi ini tetap merupakan penghinaan dan pelecehan atas kalimat al-ihsan yang merupakan semangat daripada penolakan orang-orang musyrik terhadap citra Islam,” jelasnya.
Ustaz Alfian juga mengingatkan tentang rekam jejak yang dinilai kontroversial, termasuk upaya mengganti salam “Assalamualaikum” dengan “Sampurasun” dan perubahan sebutan “kota santri” menjadi “kota berhala.”
Untuk mengatasi masalah ini, Ustaz Alfian mengusulkan tiga langkah strategis.
Pertama, mengadakan Ijtima Ulama se-Jawa Barat untuk merespon isu ini.
Kedua, melibatkan Badan Kontak Pondok Pesantren seluruh Jawa Barat untuk melakukan pembahasan yang mendalam.
“Yang ketiga, kepada seluruh teman-teman dari PII, HMI, teman-teman dari kelompok-kelompok, partai-partai Islam, seluruh potensi-potensi umat Islam Muhammadiyah, NU, bahwa ini sudah masuk pada pelecehan,” tegasnya.
Ustaz Alfian juga mengumumkan rencana penyelenggaraan Pendidikan Politik Islam angkatan ke-36 pada 10 Agustus 2025 di salah satu kota di Jawa Barat. Program ini bertujuan memberikan akselerasi kesadaran bagi umat Islam dalam bidang politik.
“Kita akan coba kibarkan bendera pendidikan politik Islam memberikan akselerasi kesadaran untuk kita mengambil otoritas umat Islam dalam bidang politik,” pungkasnya.
Wawancara ini menjadi respons terhadap polemik yang berkembang seputar rencana perubahan nama RSUD Al-Ihsan, yang mendapat penolakan keras dari berbagai kalangan tokoh agama dan masyarakat Muslim di Jawa Barat.
Sumber: JakartaSatu
Artikel Terkait
PT SRM Bantah WNA China Serang TNI di Ketapang: Klarifikasi Lengkap & Fakta Sengketa Tambang
Bupati Situbondo Bantu Kakek Masir Dituntut 2 Tahun Penjara: Kronologi Lengkap Kasus Burung Cendet
Ijazah Jokowi Diperlihatkan di Gelar Perkara: Pakar Hukum Sebut Siap Disidangkan
Tora Sudiro Jual 5 Motor Gede, Fokus Tabungan Masa Tua untuk Cucu