Sindir Perubahan Lambang PSI, Pengamat: Dasco Memberi Pesan Menohok ke Geng Solo

- Senin, 21 Juli 2025 | 00:40 WIB
Sindir Perubahan Lambang PSI, Pengamat: Dasco Memberi Pesan Menohok ke Geng Solo


Ketua Dewan Penasihat DPP Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (Gekrafs), Sufmi Dasco Ahmad, melontarkan sindiran yang menarik perhatian publik saat menyinggung perubahan lambang Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Dalam sebuah acara internal Gekrafs, Dasco dengan nada berkelakar mengatakan, “Saya sampai ngecek, jangan-jangan logo Gekrafs juga berubah jadi kancil.”

Pernyataan ini mengundang spekulasi tajam bahwa sindiran tersebut diarahkan langsung ke PSI yang belakangan mengganti lambangnya dari bunga mawar merah menjadi kepala kancil berwarna emas. Langkah rebranding PSI itu disebut-sebut berkaitan erat dengan konsolidasi kekuatan politik baru yang dipimpin oleh Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep — dua sosok sentral dari “Geng Solo”.

Pengamat geopolitik dan intelijen, Amir Hamzah, menilai pernyataan Dasco bukan sekadar guyonan. “Pernyataan itu penuh muatan politik dan simbolik. Dasco sedang menyampaikan pesan menohok ke Geng Solo yang dinilai terlalu agresif dan oportunistik dalam menguasai simbol-simbol politik,” ujar Amir, Senin (21/7/2025).

Menurut Amir, sindiran Dasco harus dibaca sebagai pesan dari lingkaran dalam Prabowo Subianto yang merasa perlu menyeimbangkan dominasi komunikasi politik Gibran-Kaesang.

“Dasco adalah orang kepercayaan Prabowo, dia tidak mungkin menyentil PSI tanpa ada alasan politik yang terstruktur. Ini peringatan halus bahwa perubahan simbol partai tidak bisa sembarangan, apalagi jika orientasinya hanya pada pencitraan, bukan ideologi,” kata Amir.

Amir menyebut gaya sindiran Dasco mengandung dua makna: pertama, bahwa perubahan lambang PSI dianggap terlalu pragmatis dan menjauh dari identitas awal partai; kedua, bahwa manuver politik Geng Solo mulai meresahkan tokoh-tokoh senior di koalisi besar pendukung Prabowo.

“Simbol partai itu bukan hanya soal estetika, tapi juga komitmen politik. PSI dulu dikenal sebagai partai anak muda dengan idealisme antikorupsi dan kebhinekaan. Sekarang, setelah masuknya Kaesang dan perubahan logo, identitas itu kabur. Dan ini yang dikritik secara halus oleh Dasco,” ujar Amir.

Perubahan lambang PSI dianggap banyak pihak sebagai strategi untuk menyegarkan citra dan menyasar segmen pemilih muda yang lebih luas menjelang Pemilu 2029. Namun, menurut Amir Hamzah, langkah ini justru membuka celah perpecahan halus dalam koalisi pendukung pemerintah.

“Koalisi ini besar, tapi tidak homogen. Ada kelompok konservatif, ada nasionalis, ada teknokrat, dan sekarang ada Geng Solo yang agresif membangun dinasti politik. Dalam situasi seperti ini, simbol jadi sangat penting karena menjadi alat perebutan narasi,” jelas Amir.

Amir menilai, Dasco sebagai politisi yang berpengalaman paham betul arti simbol dan narasi dalam politik Indonesia. “Sindiran soal ‘logo kancil’ itu bukan candaan biasa. Itu kode keras bahwa elite lama belum tentu merestui ambisi-ambisi baru dari anak-anak muda yang sedang naik daun.”

Situasi ini memperlihatkan dinamika internal yang semakin menarik dalam pemerintahan baru. Prabowo Subianto sebagai Presiden terpilih 2024 berada dalam posisi harus menavigasi banyak kepentingan yang berseberangan, termasuk manuver politik dari lingkaran Gibran-Kaesang.

Amir menyebut, “Meski terlihat satu kubu, jangan lupa, Prabowo dan Geng Solo punya basis, gaya, dan tujuan politik yang berbeda. Sindiran Dasco menandakan bahwa ada batas yang tidak boleh dilampaui oleh Geng Solo.”

PSI sendiri hingga kini belum memberikan respons resmi terhadap sindiran Dasco. Namun, publik politik menunggu apakah ini akan menjadi awal dari kontestasi internal yang lebih terbuka, atau hanya menjadi dinamika biasa dalam koalisi besar yang penuh warna.

Peristiwa kecil seperti guyonan soal lambang kancil bisa menjadi pintu masuk membaca peta politik nasional yang lebih luas. Dalam politik Indonesia yang sangat simbolik, setiap ucapan elite membawa makna, dan setiap perubahan lambang bukan sekadar soal desain grafis.

“Kalau PSI terus bermain dengan simbol tanpa kejelasan ideologi, bisa-bisa justru kehilangan arah. Dan pesan Dasco adalah alarm bagi semua pihak, bahwa tidak semua elite nyaman dengan arah baru yang sedang ditempuh Geng Solo,” tutup Amir Hamzah.

Foto: Amir Hamzah (IST)

Komentar