Lebih lanjut, Adian mengungkap bahwa keuntungan bersih yang diperoleh aplikator dari transaksi harian tergolong sangat besar.
Pertama, aplikator mengambil 15 persen plus 5 persen dari setiap perjalanan driver online. Lalu mereka ambil Rp2.000 sebagai biaya jasa aplikasi, Rp1.000 untuk asuransi, dan Rp500 lagi untuk biaya hijau.
"Jadi masih ada lagi tambahan yang diambil aplikator sebesar Rp3.500 yang dibungkus dengan berbagai istilah namun tanpa kejelasan dasar hukum," kata Adian.
Wasekjen DPP PDIP itu lantas mengambil contoh, jika dalam satu perjalanan dikenakan tarif Rp12.000, maka aplikator bisa dapat Rp5.900 per transaksi. Dengan asumsi potongan komisi sebesar Rp2.400 lalu ditambah dengan Rp3.500 pungutan di luar potongan 15 5%.
"Jika angka itu dikurangi biaya Fix Cost Rp600, maka pendapatan bersih aplikator Rp5.300 per transaksi," ungkap Adian.
Laba Bersih Aplikator Ojol Mencapai Triliunan Rupiah
Berdasarkan perhitungan itu, kata Adian, jika satu aplikator mencatat 3,3 juta transaksi per hari, maka laba bersihnya bisa mencapai Rp17,5 miliar per hari atau sekitar Rp6,4 triliun per tahun -- hanya dari angkutan penumpang.
"Belum termasuk laba Food dan Barang," ungkap Adian terheran-heran.
 
                         
                                 
                                             
                                             
                                             
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                
Artikel Terkait
Wakil Bupati Pidie Jaya Minta Maaf, Kronologi Pemukulan Kepala Dapur SPPG yang Viral
Soeharto Calon Pahlawan Nasional 2025: Proses, Kriteria, dan Kontroversi
Mahfud MD Beberkan Fakta Jaminan Rahasia Indonesia ke China untuk Proyek Kereta Cepat Whoosh
Biaya Haji 2026 Turun Rp 2 Juta, Ini Besaran dan Syaratnya