Jumlah korban tersebut memicu protes dari para pemimpin global, dan jaksa penuntut militer terkemuka Israel menyebut serangan udara tersebut “sangat serius” dan mengatakan bahwa penyelidikan sedang dilakukan.
Ribuan warga Palestina berlindung di Tel Al-Sultan setelah pasukan Israel melancarkan serangan darat di timur Rafah lebih dari dua minggu lalu.
Setelah fajar menyingsing, warga mencari barang-barang di reruntuhan.
"Gaza terbakar setiap hari, setiap hari, dan setiap jam. Mereka (warga Israel) dibakar sekali, tapi kami terbakar setiap hari. Anak-anak kami, orang tua kami, wanita kami, dan rumah kami terbakar setiap hari di Palestina," kata Jamal al-Attar, seorang penghuni kamp dan paman Ummu Muhammad.
Ibu rumah tangga bernama Manal Salman mengamati puing-puing yang hangus itu.
“Kami berada di sini, di tempat yang sama dengan pengungsi, kami berada di sini dalam tenda dan tiba-tiba kami menemukan roket jatuh ke arah kami di tempat yang sama,” katanya.
“Kami tidak tahu ke mana harus pergi, saat itu gelap dan tidak ada ambulans, mereka tidak langsung datang. Kami melihat sekeliling – orang mati syahid di sini dan ada orang mati syahid di sana – dan sekarang kami menjadi pengungsi.”
Mengambil barang-barang dari reruntuhan rumah sementaranya, Talal Saeed Salman mengatakan keluarganya kini harus pindah untuk kedelapan kalinya dalam perang tersebut.
"Ke mana kita harus pergi - bantu saya memahami ke mana kita harus pergi?" ucapnya sambil membawa bak plastik. "Sampai kapan kita akan dipermalukan seperti ini?"
Lebih dari 36.000 warga Palestina tewas dalam serangan Israel, kata Kementerian Kesehatan Gaza
Sumber: Tribunnews
Artikel Terkait
Kerangka Manusia Kwitang: Polda Metro Jaya Ambil Alih Penyidikan, Ini Update DNA Terbaru
Hutama Karya KSO Borong Proyek Jalan Papua Rp 4,8 Triliun, Target Rampung 2027
Zohran Mamdani Kuliah di Bowdoin College: Profil dan Pendidikan Calon Wali Kota New York
Kasus 2 Kerangka di Kwitang Diambil Alih Ditreskrimum, Polisi Tunggu Hasil DNA