Djarot bahkan menyebut putra dan putri Bung Karno seperti Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, dan Rahmawati Soekarnoputri perlu izin Kodim di Blitar untuk berziarah.
"Orang yang mau ziarah ke Blitar, waktu itu harus izin ke kodim, bahkan keluarganya pun, Bu mega, Pak Guntur, Mbak Rahma, harus lapor dan untuk masuk ke persis makam, itu kunci dibawa oleh Kodim. Tidak bisa masuk sampeyan. Betul tidak? Izin dahulu, baru dibuka buat keluarganya. Ini proses desoekarnoisasi yang luar biasa," tuturnya.
Djarot semasa menjadi Wali Kota Blitar membongkar pagar kaca dan memindahkan batu seberat setengah ton dari area makam Bung Karno. Dia ingin rakyat menjadi lebih dekat ketika berziarah ke makam Bung Karno ketika tidak memiliki sekat kaca.
"Kami bongkar mitos itu. Kami bongkar apa yang dipikirkan oleh paranormalnya Pak Harto, supaya Bung Karno ini betul-betul ajarannya, auranya, begitu bisa menyebar ke seluruh Indonesia, dan rakyat bisa langsung berziarah di sisi pusara Bung Karno. Maka, perintah saya yang pertama adalah, bongkar kacanya. Bongkar kacanya," sebut Djarot.
Dia mengatakan, proses bongkar kaca tidak mudah, karena birokrat di Blitar ketakutan sebelum ada izin dari Sekretaris Negara (Sekneg) dan Pangdam di Jawa Timur. Namun, dia tetap membongkar pagar kaca dekat makam setelah keluarga Bung Karno mengizinkan.
"Kalau saya minta izin, saya bukan minta izin ke Sekneg, saya bukan minta izin ke Pangdam, saya minta izin ke putra dan putrinya Bung Karno dan putra putrinya Bung Karno itu mengizinkan ini dibongkar. Bongkar, Pak," demikian Djarot.
Sumber: akurat
Artikel Terkait
Kerangka Manusia Kwitang: Polda Metro Jaya Ambil Alih Penyidikan, Ini Update DNA Terbaru
Hutama Karya KSO Borong Proyek Jalan Papua Rp 4,8 Triliun, Target Rampung 2027
Zohran Mamdani Kuliah di Bowdoin College: Profil dan Pendidikan Calon Wali Kota New York
Kasus 2 Kerangka di Kwitang Diambil Alih Ditreskrimum, Polisi Tunggu Hasil DNA