Rencana Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi untuk mengubah logo partai dengan menghapus siluet wajah Joko Widodo dinilai sebagai strategi politik agar diterima dalam koalisi Prabowo Subianto. Analis politik Erizal dari ABC Riset & Consulting menyebut langkah ini sebagai "akal-akalan" yang terlambat.
Menurut Erizal, Prabowo Subianto tidak mudah terkecoh dengan manuver politik Projo dan Budi Arie. Kunjungan Projo ke rumah Jokowi di Solo sebelum Kongres III mengindikasikan kemungkinan adanya koordinasi antara Projo dengan mantan presiden tersebut.
Erizal menegaskan bahwa timing perubahan logo Projo tidak tepat. Seharusnya, penghapusan gambar Jokowi dilakukan setelah pelantikan Prabowo-Gibran, penetapan KPU, atau minimal selama masa kampanye Pilpres. Keterlambatan ini menunjukkan Projo tidak cepat membaca situasi politik terkini.
Budi Arie juga dinilai terlambat memahami sinyal politik Prabowo yang pernah mempertanyakan afiliasinya dengan PSI atau Gerindra. Kini, peluang Budi Arie untuk kembali menjadi menteri dianggap tertutup setelah reshuffle kabinet dan kunjungannya ke Jokowi.
Perubahan logo Projo yang menghapus wajah Jokowi menjadi sorotan publik dalam dinamika koalisi politik Indonesia. Isu ini memperlihatkan kompleksitas relasi antara organisasi pendukung dengan figur politik yang didukungnya.
Artikel Terkait
Projo Dukung Jokowi, Pengamat Sebut Ada Upaya Rongrong Kepemimpinan Prabowo
Bimteknas PKS 2025: Strategi Penguatan Pejabat Publik untuk Pelayanan Inovatif
Puan Maharani Soroti Utang Kereta Cepat Whoosh, DPR Bakal Bahas Tuntas
Respons Said Didu soal Pernyataan Prabowo Tanggung Jawab Whoosh: Cabut Taring Purbaya?