"Walaupun tidak menutup kemungkinan bila ada partai di luar PSI mengadopsi narasi yang sama, maka Jokowi akan berpeluang bergabung juga," kata Agung.
Senada dengan Agung, peneliti politik di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Jati menganggap tokoh politik jika ingin eksis harus berpartai untuk tetap menjaga kekuasaannya.
Sebab, parpol merupakan sarana untuk melakukan agregasi dan artikulasi kepentingan di pemerintahan.
"Kan seseorang itu harus berpartai kan kalau ingin tetap eksis dalam politik. Artinya kalau misalnya belum ada kendaraan politik itu ya agak susah untuk bisa menembus ke pemerintahan," kata Wasis.
Wasis mengatakan Jokowi masih memiliki pelbagai modal politik untuk mendirikan partai.
Modal itu, kata Wasis, di antaranya mesin jaringan relawan yang masih aktif sampai saat ini.
Kemudian, ia melihat sosok Jokowi juga masih menjadi primadona lantaran banyak warga yang masih berkunjung ke kediamannya di Solo.
Tak hanya itu, Wasis juga melihat Jokowi masih memiliki modal anak dan menantunya masih berada di dalam pucuk pemerintahan dan parpol.
"Yang kita bisa garis bawahi modal itu ada, modal secara kualitas, modal secara jaringan Itu ada," kata Wasis.
Selain itu, Wasis menilai Jokowi ingin menjadi pembeda dengan partai-partai lain yang sudah eksis melalui pembentukan Partai Super Terbuka ini.
Partai Super Terbuka ala Jokowi memiliki ide bakal menjadi partai inklusif dan terbuka bagi semua orang untuk bisa masuk.
Bagi Wasis, ide Jokowi ini menjadi kritik dan antitesis terhadap parpol lain yang sudah berkembang menjadi partai politik personal dan milik faksi tertentu saja.
"Figurnya itu sekaligus partainya. Artinya lebih besar figurnya daripada partainya seperti itu. Kemunculan partai-partai personal selama ini yang identik dengan figur atau faksi tertentu. Jadi saya pikir dengan cerita-cerita partai terbuka ini kurang lebih ingin membalik stigma seperti itu," kata dia.
Meski demikian, Wasis mengatakan semangat 'terbuka' yang ditonjolkan Jokowi dalam rencana pembentukan partai ini harus di lihat dari sisi pembiayaan partai.
Apabila pembiayaannya masih dikuasai satu figur atau kelompok tertentu saja, maka bisa dikatakan partai ini tidak memiliki semangat terbuka.
Baginya, partai terbuka akan terwujud bila pembiayaan partai dibiayai oleh para kader-kadernya dan tak ada 'investor tunggal'.
"Nah ini yang menjadi semacam dilema untuk menjadi sebuah partai terbuka ya. Kalau kita lihat pembiayaan ini kan yang selalu menjadi faktor krusial sebuah partai untuk eksis secara kontinu," kata Wasis.
Sumber: CNN
Artikel Terkait
SBY Buka Suara Soal Kemampuan Meramal Masa Depan: Bukan Klenik, Tapi Futurology
Amien Rais Klaim Jokowi Tidak Punya Ijazah, Tanggapi 8 Tersangka Kasus Polda Metro
Hoaks! Tangkapan Layar WA Hasto PDIP Soal Soeharto Terbongkar Palsu
Dukungan Pemerintah Rp 57 Juta/Tahun untuk Keluarga 10 Pahlawan Nasional 2025, Termasuk Gus Dur & Soeharto