PARADAPOS.COM - Penulis kenamaan Indonesia, Tere Liye, tampaknya ikut menyorot kabar terkini terkait polemik ijazah mantan presiden Jokowi.
Melalui unggahan di akun media sosial miliknya, pria yang telah melahirkan banyak karya novel best seller ini pun menyampaikan pandangannya terkait ayah dari Wapres Gibran itu.
"Tahun 2012, alias 13 tahun lalu. Tepatnya 19 Januari, Jokowi dengan mantab (pakai B), bilang ke banyak wartawan: 'Esemka sudah dipesan 4.000'," tulis Tere Liye, mengawali ulasannya, dikutip Jumat (11/7/2025).
Satu bulan kemudian, lanjutnya, 25 Februari, klaim ini tambah kacau, bilang ke wartawan: 'Sudah 6.000 yang pesan. Tapi penjualannya Solo Raya dulu.' Yang lain antre deh.
Entah dari mana angka-angka ini, tapi pola 'kebohongan' ini sudah familiar bagi seorang Jokowi.
Saat itu dia masih walikota Solo. Masih carmuk dengan partai-partai, agar bisa jadi cagub. Dan tentu saja, masih cium tangan Ketum.
10 tahun kemudian, pola-pola 'kebohongan' ini terus diulang. Tidak akan impor (kenyataannya impor habis2an). Tidak akan ngutang (kenyataannya utang naik 3x lipat lebih).
IKN tidak akan pakai APBN, Investor asing antri di IKN, tapi maaf, prioritas investor lokal dulu. Tidak suka bansos, itu bikin manja (ternyata dia jadi king of the king bansos).
Anak-anak saya tidak tertarik masuk politik (sebaliknya, Ketua MK alias iparnya, bahkan merevisi UU). Dan masih panjang daftarnya.
Lantas, apakah ini tukang bohong? Kalau kalian perhatikan, nyaris semua politisi itu suka berbohong. Donald Trump di AS, wah rajanya bohong. Ujung ke ujung suka berbohong.
"Apakah itu betulan 'bohong'? Jika kalian tanya ke ahli, pengamat, atau tanyakan ke AI, maka jawabannya, 'tidak'. Karena itulah pekerjaan politisi. Membual. Jualan halu. Seolah punya ideologi, prinsip, tapi sejatinya tidak. Kosong saja. Dan fansnya, bukan main, menelan habis2an setiap ocehannya," sindir Tere Liya.
Itulah politisi. Nah, apes bagi Indonesia, dalam kasus politisi2 ini, dia tidak hanya sedang 'membual'.
Sy tidak lelah mengingatkan sejak tahun 2012 soal ini. Apesnya, kalian percaya politisi2 ini bisa bekerja, padahal pencitraan. Itulah masalahnya.
"Seriusan my friend, datanglah ke Beijing, Shanghai. Tahun 1997, China di bawah kita GDP per kapitanya. Hari ini, bahkan dengan penduduk lebih banyak, susah diurus, China melesat berkali lipat. Karena sejelek-jeleknya politisi di sana, lumayan bisa kerja," tambahnya.
Hari ini, Indonesia itu surganya KKN model baru. Saat jabatan dibagi-bagikan ke orang-orang yang tidak bisa bekerja.
Artikel Terkait
Profesor Ikrar Bongkar Bahaya Legacy Jokowi: Syarat Wapres RI Hanya Lulus SD?
Ijazah Jokowi & Gibran Dipersoalkan, Iwan Fals Berkomentar: Kalau Palsu, Gimana?
Mengapa Disertasi Dekan Fisipol UGM Tak Satu Kali Pun Menyebut Jokowi sebagai Alumnus?
Prabowo Kesal Terus Digelendotin Jokowi, Benarkah Demikian?