PARADAPOS.COM - Pernyataan Dedi Mulyadi soal gaya hidup sehat tanpa obat kimia selama 15 tahun terakhir kembali menjadi sorotan publik.
Ungkapan itu kembali viral usai Dedi menuai kontroversi dalam kasus makan gratis maut di pernikahan anaknya, yang menewaskan tiga orang warga.
Klaimnya yang dianggap tidak konsisten dari waktu ke waktu membuat publik mempertanyakan integritas dan kejujuran Gubernur Jawa Barat tersebut.
Dalam wawancara dengan Deddy Corbuzier pada 2021, Dedi menyatakan bahwa dirinya sudah 15 tahun tidak pernah mengonsumsi obat-obatan kimia.
Bahkan saat sakit, dia memilih beristirahat tanpa pengobatan apa pun, termasuk jamu.
"Saya sudah 15 tahun tidak pernah minum obat kimia," ujarnya.
Deddy sempat terkejut dan bertanya, "Jamu pun tidak?" yang dijawab Dedi dengan santai bahwa dia bahkan tidak pernah minum jamu-jamuan tradisional.
Dedi menceritakan awal mula keputusannya untuk meninggalkan obat kimia berasal dari pertemuannya dengan seorang praktisi pengobatan tradisional lulusan Australia.
Saat itu, dia mengalami demam tinggi hingga mencapai suhu 38–40 derajat. Doktor tersebut menantangnya untuk sembuh tanpa obat.
Dedi pun diberi air kelapa, teh madu, dan diminta mengonsumsi buah-buahan sebagai bagian dari pola hidup sehat.
Kemudian pada 2025, Dedi Mulyadi kembali mengulangi pernyataan yang sama.
"Dokter pribadi saya adalah air putih, buah-buahan, matahari dan olahraga. Dua puluh tahun saya hidup tanpa obat dan tidak pernah minum obat, dan tidak pernah sakit kepala sedikit pun, tidak pernah sakit perut. Alhamdulillah," ujarnya.
Namun, jejak digital menunjukkan fakta yang tidak sejalan dengan narasi yang ia bangun.
Pada 2022, Dedi Mulyadi menjalani tindakan medis modern di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta.
Dia harus menjalani anestesi, pengalaman medis yang diakuinya sebagai yang pertama kali dialami dalam hidup.
Tindakan medis tersebut dilakukan oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Prosedur yang dijalani Dedi dikenal sebagai Digital Subtraction Angiography (DSA), yakni metode untuk membersihkan aliran pembuluh darah dari sumbatan agar suplai oksigen ke otak lebih lancar.
"Kita sehat tapi akan diambil tindakan agar lebih sehat lagi. Hanya ada di RSPAD yang dipimpin dr Terawan," ucapnya saat itu.
Dia juga mengakui, tindakan ini dilakukan atas saran dokter syaraf karena ditemukan indikasi penyumbatan aliran darah menuju otak.
Meski Dedi tetap menegaskan bahwa dia tidak mengonsumsi obat kimia, publik mempertanyakan klaim tersebut.
Prosedur DSA adalah bagian dari intervensi medis modern yang tidak sejalan dengan konsep "tidak pernah disentuh obat."
Apalagi dia sempat menyatakan, "Tidak ada apa-apa sih, hanya ada sesuatu yang harus segera dibenahi supaya lebih sehat lagi," seolah meremehkan tindakan medis besar yang dijalani.
Netizen pun bereaksi keras. "Kenapa sih harus ada jejak digitalnya? Padahal dikit lagi saya percaya loh pak," tulis seorang netizen.
"Jejak digital memang kejam," tambah lainnya.
Sebagian netizen juga mengaitkan hal ini dengan pernyataan Dedi soal makan gratis dalam pernikahan anaknya, Maula Akbar Mulyadi, dengan Putri Karlina di Garut.
Sebelum tragedi yang menewaskan tiga orang terjadi, Dedi sempat mengajak warga untuk makan sepuasnya dalam acara pernikahan tersebut.
Namun setelah kejadian, dia justru mengaku tidak mengetahui ada acara makan gratis dan bahkan menyatakan sudah melarang kegiatan tersebut.
Kontradiksi antara pernyataan awal dan klarifikasi pasca-tragedi membuat netizen kembali meragukan kredibilitas Dedi Mulyadi.
Dalam era digital yang serba transparan, rekam jejak seseorang sulit disembunyikan.
Publik kini tidak hanya mendengar apa yang dikatakan, tetapi juga menelusuri apa yang pernah dilakukan.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Istilah Serakahnomic Cocok untuk Keluarga Jokowi
Pengamat: Yang Bisikin Presiden Soal Indonesia Gelap Dibiayai Koruptor Itu Intel Gadungan!
Ijazah Jokowi: Kriminalisasi Pengkritik Buktikan Kebenaran? Logika Terbalik di Pusaran Kontroversi!
Prabowo Sebut ‘Indonesia Gelap’ Dibiayai Koruptor Tanpa Ada Bukti