Dalam posisi itu, ia menjadi bagian dari kabinet dan secara langsung mendukung visi pembangunan desa yang menjadi salah satu prioritas pemerintahan Jokowi.
Kedekatan ini terus terpelihara hingga kini. Bahkan setelah tidak lagi menjabat sebagai Wamendes, Prof Paiman tetap kerap berdiskusi dan bersilaturahmi dengan Jokowi.
Kunjungan terakhirnya ke kediaman Jokowi di Solo menjadi bukti bahwa relasi keduanya tetap erat dan penuh rasa hormat.
Kedekatan Prof Paiman dengan Prabowo Subianto juga terjalin kuat, khususnya sejak keduanya sama-sama berada dalam Kabinet Indonesia Maju.
Prof Paiman sebagai Wamendes dan Prabowo sebagai Menteri Pertahanan beberapa kali hadir dalam rapat kabinet dan forum nasional.
Dari interaksi itulah hubungan saling menghormati mulai terbentuk.
Prabowo dikenal sebagai figur yang memilih orang berdasarkan kualitas, dan Prof Paiman pun dikenal sebagai sosok yang bekerja dengan serius, tenang, dan tidak suka menonjolkan diri.
Sikap inilah yang menumbuhkan kepercayaan Prabowo terhadap Prof Paiman.
Hubungan itu semakin terlihat kuat ketika Prof Paiman, melalui organisasi relawan “Sedulur Jokowi”, secara terbuka memberikan dukungan pada pasangan Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024.
Ini adalah keputusan yang strategis namun juga emosional, karena ia meyakini bahwa pasangan ini mampu meneruskan visi pembangunan yang telah dirintis Jokowi.
Pilihan Prof Paiman bukan semata pragmatis, tetapi refleksi dari kepercayaan personal terhadap Prabowo dan Gibran sebagai pemimpin yang bisa membawa bangsa ini ke level berikutnya.
Yang membuat posisi Prof Paiman menarik adalah kemampuannya menjaga hubungan dengan dua tokoh besar tanpa menjadi bagian dari politik pecah-belah.
Ia tidak menjadikan kedekatannya dengan Prabowo sebagai alasan untuk menjauh dari Jokowi, dan sebaliknya, ia tidak membenturkan loyalitas terhadap Jokowi dengan dukungan terhadap Prabowo-Gibran.
Ia memilih jalan yang elegan: tetap menghormati Jokowi sebagai pemimpin dan sahabat lama, serta mendukung Prabowo sebagai pemimpin baru yang ia percayai.
Ini adalah contoh bagaimana politik bisa dijalankan tanpa dendam, tanpa fanatisme buta, dan tanpa harus memutus tali silaturahmi.
Prof Paiman Raharjo adalah cerminan dari tokoh yang memiliki kedekatan kuat dengan dua pemimpin nasional, dan tetap menjaga etika serta keseimbangan dalam bersikap.
Dalam politik Indonesia yang sering kali dikotomis, sikap seperti ini adalah sesuatu yang langka namun sangat dibutuhkan.
Ia tidak memposisikan diri sebagai juru damai atau perantara, tetapi sebagai pribadi yang secara konsisten menjaga hubungan, membangun kepercayaan, dan mengedepankan kerja nyata.
Sosok Prof Paiman adalah bukti bahwa politik tidak selalu harus keras dan memisahkan; ia bisa menjadi ruang untuk menguatkan hubungan dan membawa manfaat bagi bangsa. ***
Sumber: Sawitku
Artikel Terkait
Prabowo & Jonan Bahas Program Kerakyatan: Dukungan untuk MBG, Koperasi Desa, dan Sekolah Rakyat
Ekonomi Hijau Indonesia: Strategi, Perpres 110/2025, dan Dampaknya
Ismail Fahmi Ungkap Penggiringan Opini Demo DPR di Sidang MKD: Analisis Media Sosial
Saksi MKD: Respons Joget dan Nyanyi Peserta Sidang Tahunan Saat Orkestra Tampil