Menjelang kematiannya, Antatico secara terbuka mengkritik sebuah proyek NIA Wilayah 10 yang mangkrak dan tidak bisa digunakan oleh petani. Dalam postingan Facebook-nya yang disertai foto, ia menyatakan, "Sampai saat ini, petani belum bisa menggunakannya. Uji coba belum dilakukan. Tentu saja, bagaimana kita bisa melakukan uji coba jika ada bagian-bagian yang tidak tersambung, ada bagian yang rusak dan sudah tertimbun lumpur."
Sejak unggahan itu, ia mengaku menerima ancaman pembunuhan. Namun, Antatico mengabaikannya dan menganggap ancaman tersebut hanya candaan belaka. Seorang rekan, Percival Batar, mengungkapkan, "Dia kembali memberi tahu kami bahwa dia menerima ancaman pembunuhan lagi, tapi dia hanya tertawa. Kami menganggapnya enteng, mengira itu hanya untuk membungkam, untuk menakut-nakuti."
Respons NIA dan Tuntutan Publik
NIA Wilayah 10 mengeluarkan pernyataan yang mengutuk pembunuhan tersebut dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Antatico. Lembaga itu juga menegaskan komitmennya terhadap transparansi dan integritas. "NIA Wilayah Utara Mindanao tidak menoleransi segala bentuk penyimpangan... Kami tetap berkomitmen untuk menegakkan prinsip-prinsip transparansi, integritas, dan akuntabilitas dalam pelayanan publik," bunyi pernyataan resmi mereka.
Pembunuhan Antatico semakin menyulut tuntutan dari masyarakat untuk investigasi yang transparan dan tuntas terhadap kasus korupsi yang melibatkan proyek-proyek pengendalian banjir dan irigasi di Filipina.
Artikel Terkait
10 Negara Paling Aman dari Bencana Alam di Dunia 2025, Cek Daftarnya!
Larry Page Jadi Orang Terkaya Kedua di Dunia, Geser Larry Ellison Berkat AI
Pengungsi Gaza Dijanjikan ke Indonesia, Malah Terdampar di Afrika: Kisah Penipuan yang Menggemparkan
MBS Terima Surat Rahasia dari Presiden Iran Jelang Kunjungan Penting ke AS