AKURAT.CO, Pernahkah terlintas di pikiran Anda untuk menginjak rumput, meskipun ada tulisan "dilarang menginjak" atau saat berada di museum dan ingin menyentuh patung yang jelas-jelas diberi peringatan "jangan disentuh"?
Mengapa otak kita cenderung terpancing untuk melakukan hal-hal yang sudah jelas dilarang? Apa misteri di balik perilaku ini?
Keadaan seperti ini sebenarnya memiliki nama, yaitu "Reverse Psychology" atau psikologi terbalik.
Secara sederhana, secara naluriah, kebebasan kita dianggap lebih berharga dibandingkan emas.
Ketika ada larangan yang mengikat kebebasan kita, kita merasa tidak nyaman dan justru ingin merebut kembali kebebasan tersebut.
Baca Juga: Tips Memilih Hotel Terbaik di Yogyakarta dan Semarang untuk Liburan yang Memuaskan
Apa itu Reverse Psychology?
Reverse Psychology merupakan fenomena di mana seseorang cenderung melakukan kebalikan dari apa yang diperintahkan atau dilarang demi merasakan kebebasan.
Dorongan untuk melanggar perintah atau larangan ini seringkali muncul secara alami.
Contoh paling sederhana adalah saat anak kecil yang sulit diajak makan sayur.
Dengan menggunakan Reverse Psychology, mungkin dengan mengatakan "Jangan makan sayur itu ya," anak justru akan terdorong untuk melakukannya karena merasa memiliki kebebasan dalam pilihannya.
Baca Juga: Tips Mencegah Anak Mabuk Perjalanan: Kenyamanan dan Keseruan Tanpa Rasa Mual
Bagaimana Reverse Psychology Dapat Digunakan?
Kunci dari Reverse Psychology tetap satu, yaitu mengancam kebebasan.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: jateng.akurat.co
Artikel Terkait
Viral Bendera One Piece Muncul di Konser Baskara Putra hingga Efek Rumah Kaca!
Pahami 7 Manfaat Gula Kelapa Organik yang Jarang Diketahui
Jadi caddy golf, wanita cantik ini dapat uang tip lebih dari Rp1 juta per hari hingga bisa membiayai adiknya kuliah
Tukang Becak Mendadak Jadi Milarder, Menang Undian Rp 100 M