ANALISIS: 'Tugas Ahok di Pertamina Gagal Total!'
Oleh: Ali Syarief
Akademisi
Ketika Presiden Joko Widodo menunjuk Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina pada tahun 2019, harapan besar diletakkan di pundaknya.
Ahok diharapkan mampu memberantas mafia migas yang selama ini dianggap sebagai penghambat utama kinerja Pertamina.
Dengan rekam jejaknya sebagai pejabat yang dikenal tegas dan antikorupsi, banyak yang meyakini bahwa Ahok adalah sosok yang tepat untuk tugas ini.
Namun, setelah beberapa tahun menjabat, realitas berbicara lain: alih-alih sukses, penunjukan Ahok di Pertamina justru berujung pada kegagalan besar.
Ekspektasi Tinggi di Awal Jabatan
Sejak awal, tugas utama Ahok adalah memberantas mafia migas dari hulu ke hilir.
Peneliti Alpha Research Database Indonesia, Ferdy Hasiman, bahkan menyatakan bahwa Ahok harus benar-benar menunjukkan taringnya agar mafia migas tidak lagi mengendalikan impor BBM dan elpiji demi keuntungan pribadi.
Mafia ini disebut sebagai kejahatan terbesar terhadap negara karena membuat Indonesia terus bergantung pada impor energi.
Selain itu, Ahok diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan daya saing Pertamina di pasar global. Sebagai perusahaan migas nasional, Pertamina masih tertinggal jauh dibandingkan Petronas.
Pada 2018, laba Pertamina hanya sekitar 11 miliar dollar AS, jauh di bawah Petronas yang dulunya belajar dari Pertamina tetapi kini telah melesat jauh ke depan.
Kegagalan Ahok: Korupsi Rp 197 Triliun
Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa kehadiran Ahok di Pertamina tidak membawa perubahan signifikan.
Justru, selama ia menjabat sebagai Komisaris Utama, terungkap adanya skandal korupsi besar di tubuh Pertamina.
Kasus korupsi ini mencapai Rp 197 triliun, angka yang sangat mencengangkan dan menjadi pukulan telak bagi kredibilitas Ahok.
Padahal, tugas utamanya adalah membersihkan perusahaan dari praktik mafia dan korupsi.
Ironi ini memperlihatkan bahwa Ahok gagal menjalankan mandatnya. Alih-alih membenahi Pertamina, skandal korupsi dalam jumlah fantastis justru terjadi di bawah pengawasannya.
Hal ini membuktikan bahwa sekadar memiliki reputasi tegas tidak cukup untuk memberantas mafia yang sudah mengakar kuat dalam sistem.
Artikel Terkait
Bobibos Biofuel RON 98 dari Jonggol: Solusi BBM Murah Rp 4 Ribu Setara Pertamax Turbo
ESDM Ingatkan Aturan BBM ke Bobibos: Ekspansi SPBU Harus Penuhi Uji Kelayakan
Rahmah El Yunusiyyah: Pendiri Pesantren Putri Pertama di Asia Tenggara, Kini Pahlawan Nasional
Cara Menulis Artikel SEO yang Optimal: Panduan Lengkap untuk Pemula