Wapres Gibran Pilih Dilengserkan atau Mundur Sendiri?

- Senin, 09 Juni 2025 | 17:00 WIB
Wapres Gibran Pilih Dilengserkan atau Mundur Sendiri?

Keputusan tersebut justru menempatkan Hatta dalam posisi terhormat dalam sejarah politik Indonesia.


Namun, mengetahui latar belakang dan karakter Gibran yang dikenal teguh pendirian dan cenderung tidak mudah menyerah, kemungkinan ia memilih bertahan juga cukup besar.


Jika ini yang terjadi, maka proses konstitusional pemberhentian Wakil Presiden melalui impeachment menjadi skenario yang mungkin terjadi dalam beberapa bulan ke depan.


Tentu saja, proses ini akan menyedot energi politik yang luar biasa dan berpotensi menciptakan instabilitas politik yang tidak menguntungkan bagi Indonesia.


Yang menarik untuk dicermati adalah posisi Presiden Prabowo dalam pusaran konflik ini.


Sebagai pemimpin tertinggi eksekutif, sikap dan keputusan Prabowo akan sangat menentukan nasib politik Gibran.


Beberapa pengamat menilai bahwa Prabowo cenderung membiarkan Gibran "terjebak" dalam berbagai kontroversi tanpa memberikan dukungan berarti.


Ini bisa diinterpretasikan sebagai sinyal bahwa Prabowo mungkin tidak keberatan jika Gibran harus meninggalkan jabatannya, entah melalui pengunduran diri atau pemberhentian konstitusional.


Di sisi lain, kubu pendukung Gibran terus berupaya membangun narasi tentang adanya upaya sistematis untuk menjatuhkan Wakil Presiden.


Mereka menilai berbagai isu yang menimpa Gibran merupakan bagian dari permainan politik tingkat tinggi yang bertujuan untuk menyingkirkannya dan mengamankan kepentingan kelompok tertentu.


Narasi semacam ini tentu saja memperoleh dukungan dari para loyalis Gibran, meski belum cukup kuat untuk mengubah opini publik secara luas.


Bagaimanapun, situasi ini menempatkan Indonesia dalam posisi yang tidak menguntungkan.


Konflik terbuka di jajaran tertinggi kepemimpinan nasional berpotensi mengganggu kinerja pemerintahan dan menghambat penyelesaian berbagai permasalahan mendesak yang dihadapi bangsa.


Terlebih, Indonesia sedang menghadapi tantangan ekonomi yang tidak ringan akibat dampak percaturan politik global dan berbagai permasalahan struktural dalam negeri.


Dalam konteks ini, menarik untuk menyimak bagaimana reaksi masyarakat terhadap drama politik ini.


Berdasarkan berbagai survei terkini, mayoritas publik cenderung menginginkan penyelesaian cepat atas polemik ini, entah melalui pengunduran diri Gibran atau proses konstitusional yang transparan.


Yang jelas, kepentingan bangsa dan negara seharusnya menjadi pertimbangan utama dalam setiap keputusan politik yang diambil.


Terlepas dari pilihan yang akan diambil oleh Gibran dan dinamika politik yang akan terjadi, episode ini menjadi pembelajaran berharga bagi demokrasi Indonesia.


Ia mengingatkan kita bahwa legitimasi politik tidak hanya ditentukan oleh kemenangan dalam pemilihan umum, tetapi juga oleh integritas, kompetensi, dan kemampuan untuk menjalankan amanah rakyat dengan baik.


Publik pun semakin dewasa dalam menilai dan menuntut akuntabilitas dari para pemimpinnya.


Bagi Gibran sendiri, ini mungkin menjadi titik kritis dalam perjalanan kariernya yang masih panjang.


Keputusan yang ia ambil dalam beberapa minggu ke depan akan sangat menentukan tidak hanya masa depan politiknya, tetapi juga warisan sejarah yang akan dikenang oleh generasi mendatang.


Mundur dengan terhormat atau dilengserkan dengan penuh kontroversi – pilihan ada di tangannya. ***

Halaman:

Komentar